AMP - Pemerintah Aceh mulai mengembangkan listrik dari kincir angin dan
sinar matahari sebagai pusat energi baru dan terbarukan (EBT) berbasis
kekuatan angin dan sinar matahari di Desa Meunasah Keude, Krueng Raya,
Aceh Besar, sejak awal Desember 2015.
Proses
pengembangan teknologi ramah lingkungan tersebut ditandai dengan
pemasangan menara anemometer untuk mengukur kecepatan angin, dua menara
kincir angin, dan 48 panel penangkap sinar matahari. Sarana EBT tersebut
diperkirakan akan menghasilkan daya listrik sekitar 100 Watt/12 V
hingga 220 Watt/24 V.
Kehadiran
Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) di sentra pengolahan ikan
Krueng Raya itu, selain untuk menunjang pengembangan kawasan desa
inovatif, juga sebagai pusat wisata pembelajaran (eduwisata) dan
pemberdayaan masyarakat tentang teknologi energi hijau (green energy) di Aceh.
Kepala
Bappeda Aceh Besar, Drs Surya Rayendra melalui Kabid Sarana dan
Prasarana, Fahmi Abduh, ketika ditemuai di lokasi pembangunan PLTH
tersebut (Jumat,11/12) mengatakan, PLTH akan menunjang program desa
inovatif dan pertumbuhan ekonomi berbasis kemaritiman di wilayah pesisir
Aceh.
“Listrik
yang dihasilkan PLTH dapat menjalankan pabrik es, cold storage, mesin
pengering ikan, dan teknologi packaging, di kawasan ini,” kata Fahmi
Abduh.
Menurut
Fahmi, selain menghasilkan energi bersih dari emisi karbon, PLTH yang
mulai dirintis bersama Universitas Syiah Kuala ini akan menjadi sarana
pelatihan (workshop) bagi siswa, mahasiswa, dan masyarakat pada umumnya.
Mereka diharapkan memiliki keterampilan dalam mengoperasionalkan
teknologi berbasis energi terbarukan dan menunjang wisata pembelajaran
di Aceh.
“Kita
bekerjasama dengan Unsyiah. Fakultas Teknik membantu menyediakan tenaga
pengajar untuk mendidik masyarakat di bidang energi berbasis tenaga
agin dan sinar matahari, agar mereka mampu merawat dan mengelola PLTH
ini secara mandiri dan tidak bergantung pada tenaga terampil dari luar
Aceh,” ujarnya.
Sementara
itu, salah seorang dari perwakilan dari Kementerian Riset dan Teknologi
dan DIKTI, Momon Sudiyatmo menyatakan, jika program pengembangan desa
inovasi berbasis EBT berjalan lancar, pihak kementerian akan membangun
18 lagi PLTH kincir angin dan menambahkan beberapa buah panel surya di
kawasan tersebut.
“Ini
adalah program desa inovasi yang pertama di Sumatera, sebelumnya
pemerintah telah membangun beberapa desa inovasi berbasis tenaga ramah
lingkungan, seperti di PLTH Pandansimo, Bantul Yogyakarta,” katanya.
Program
pengembangan desa inovatif berbasis energi ramah lingkungan adalah dari
kerjasama Pemerintah Aceh dan Aceh Besar serta Fakultas Teknik,
Universitas Syiah Kuala, PT Bank Aceh, PT SAI, Direktorat Jenderal
Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi Sumber
Daya Mineral, Kementerian Koordinator Maritim, Kementerian Riset dan
Teknologi dan DIKTI dan kementerian terkait lainnya..[Red]
loading...
Post a Comment