AMP - Banjir yang melanda di hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan, menyebabkan ratusan rumah terendam. Tidak hanya itu, fasilitas umum juga rusak menyusul hujan lebat yang melanda wilayah itu sejak Jumat (11/12) sore.
Keterangan yang dihimpun di Tapaktuan, Minggu (13/12), jembatan gantung di Desa Trieng Muduro Tunong, Kecamatan Sawang, putus total akibat dihantam banjir.
Tak hanya itu, terjangan banjir juga meluluhlantakkan fasilitas irigasi Desa Panton Luas yang menyuplai air ke tiga desa masing-masing Desa Trieng Meduro Tunong, Trieng Meduro Baroh dan Sikulat, Kecamatan Sawang.
Selain itu, badan jalan kabupaten di Desa Panton Luas, Kecamatan Sawang juga terkelupas dan sebagiannya amblas ke dasar Sungai serta ratusan rumah penduduk dalam beberapa desa dalam kecamatan itu tergenang banjir setinggi 1 meter.
Sementara beberapa rumah penduduk yang berdiri di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Desa Sawang satu, mengalami kerusakan di bagian dapur belakang serta puluhan lainnya terancam ambruk akibat diterjang banjir sehingga semakin memperparah terjadinya erosi.
Anggota DPRK Aceh Selatan, Tgk Adi Zulmawar menyebutkan, musibah banjir yang terjadi di Kecamatan Sawang tersebut merupakan musibah yang terburuk sepanjang 15 tahun terakhir.
"Musibah ini terburuk sepanjang 15 tahun terakhir, sebab akibat hantaman banjir selain mengakibatkan aktivitas masyarakat terganggu dan merusak sejumlah fasilitas umum juga mengakibatkan 150 hektare lahan sawah milik masyarakat terancam gagal tanam tahun ini karena fasilitas irigasi sumber pasokan air telah hancur total," sebut Tgk Adi kepada Antara.
Sedangkan beberapa rumah penduduk yang rusak dihantam banjir di Desa Sikulat dan Alue Paku, antara lain milik Drs Hasan Simar, Teuku M Husen, Nasrul, Jasman. Kerusakan rumah warga juga terjadi di Desa Blang Geulinggang antara lain milik Tgk M Harun, Sayed Azmi dan Mawardi.
Hingga Jumat kemarin, ratusan penduduk yang rumahnya terendam banjir khususnya yang berada di pinggir sungai, memilih mengungsi ke rumah-rumah saudara di desa tetangga serta fasilitas umum lainnya yang dianggap aman dari banjir.
Namun pada Sabtu (12/12) pagi, warga korban banjir telah kembali ke kediamannya masing-masing untuk membersihkan lumpur yang menimbun rumah mereka setebal 50 sampai 80 cm.
Tokoh masyarakat Labuhanhaji, Azmir melaporkan, hujan lebat yang mengguyur kawasan itu sejak Jumat (11/12) sore, telah mengakibatkan badan jalan nasional lintasan Tapaktuan Banda Aceh tepatnya di Pasar Blang Keujeren, Kecamatan Labuhanhaji Barat tergenang setinggi 1 meter lebih, sehingga mengakibatkan arus lalu lintas lumpuh selama hampir 3 jam.
Selain menggenang badan jalan nasional, banjir juga merendam ratusan rumah penduduk, fasilitas umum serta lahan pertanian dalam Kecamatan Labuhanhaji Barat masing-masing di Desa Pelokan, Tengah Iboh, Ujong Padang, Tutong, Kuta Iboh, Kuta Trieng.
Menurut Azmir, banjir genangan itu terjadi selain akibat saluran drainase baik yang berada di pinggir jalan nasional maupun di kawasan pemukiman penduduk telah banyak yang rusak dan tersumbat sehingga air hujan tidak mengalir secara lancar ke laut.
"Banjir makin diperparah lagi akibat terjadi penyumbatan muara kuala dan pendangkalan sungai sehingga air hujan tidak mengalir lancar ke laut. Sehingga akibat meluapnya Sungai Desa Pelokan juga berdampak tergenangnya beberapa Desa di Kecamatan Labuhanhaji Tengah seperti Desa Tengah Baru, Lembah Baru dan Padang Baru," ujar Azmir.
Selain itu, laporan banjir juga diterima dari seorang warga Kecamatan Pasie Raja, Teuku Bintang. Dia menyebutkan, sebanyak 6 desa di Kecamatan itu juga terkenang banjir setinggi 1 meter.
Desa-desa tersebut masing-masing adalah Desa Paya Ateuk, merendam 44 rumah dan sebanyak 261 jiwa menjadi korban banjir, Desa Krueng Kale merendam 146 rumah korban banjir sebanyak 503 jiwa, Desa Silolo merendam 74 rumah korban banjir 396 jiwa.
Desa Ladang Tuha merendam 115 rumah korban banjir 600 jiwa, Desa Pante Raja merendam 83 rumah korban banjir 503 jiwa dan Desa Panton Bilie merendam 23 rumah korban banjir 107 jiwa. Sementara itu, Sekretaris BPBD Aceh Selatan T Muhasibi mengatakan, musibah banjir pasca wilayah itu diguyur hujan lebat Jumat (11/12) sore, terjadi dihampir seluruh kecamatan, namun wilayah yang paling parah adalah di Kecamatan Labuhanhaji Barat, Sawang, Kluet Utara, Kluet Selatan dan Bakongan.
Di Kecamatan Bakongan, kata Muhasibi, akibat diterjang banjir mengakibatkan kepala jembatan di Desa Baro ambruk ke dasar Sungai. Akibatnya, kendaraan roda empat ukuran besar tidak bisa lewat kecuali mobil ukuran kecil seperti mobil bak terbuka L 300.
Berdasarkan informasi yang diterima pihaknya, lanjut Sekretaris BPBD, dampak musibah banjir telah mengakibatkan lima orang petani di Desa Pisang, Kecamatan Labuhanhaji Tengah yang tengah berada di kebunnya di kawasan pegunungan desa setempat, dilaporkan hanyut dibawa arus sungai, setelah pondok yang berlokasi di kebun mereka tersebut dihantam banjir lalu terseret arus yang deras.
"Sampai saat ini kami belum memperoleh perkembangan informasi menyangkut nasib lima orang petani yang hilang terseret arus sungai tersebut. Apakah mereka berhasil menyelamatkan diri atau telah tewas di amuk ganasnya arus sungai," tegas Muhasibi.
Sedangkan terkait dengan musibah banjir yang merendam ratusan rumah penduduk di Desa Limau Purut, BPBD Aceh Selatan telah mengerahkan mobil dapur umum ke lokasi serta mendirikan tenda darurat tempat penampungan korban banjir.
"Menyikapi musibah banjir ini, BPBD Aceh Selatan telah menerjunkan sejumlah personil ke masing-masing lokasi banjir, selain melakukan pendataan fasilitas yang rusak dan warga korban juga menyalurkan bantuan masa panik," sebutnya.
Informasi lain yang diperoleh menyebutkan, dampak banjir juga mengakibatkan badan jalan nasional lintasan Tapaktuan Medan (Sumut), tepatnya berada di kawasan Keude Rundeng, Kecamatan Kluet Selatan, juga tergenang air setinggi 1 sampai 1,5 meter. Selain badan jalan air juga menggenang ratusan rumah penduduk di kawasan itu.
"Lalu lintas lumpuh total sejak Sabtu (12/12) sekira pukul 04.00 WIB, ratusan kendaraan baik roda empat maupun roda dua terlihat mengantri sepanjang 1 sampai 2 km dari ke dua arah karena tidak bisa lewat. Kendaraan roda dua yang ngotot ingin lewat terpaksa dibantu oleh warga dengan cara di gotong. Lalu lintas baru normal kembali sekitar pukul 14.00 WIB, setelah banjir yang menggenangi badan jalan telah surut," kata Munharsam, SE salah seorang warga Tapaktuan yang mengaku tertahan dilokasi dalam perjalanan pulang dari Medan, Sumatera Utara.
Kondisi yang tak jauh beda juga terjadi di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Tiga dari 12 kecamatan masih terisolir akibat banjir menerjang pemukiman penduduk sejak Sabtu (11/12) pagi dengan kedalaman 1-2 meter.
Kasubag Hubungan Media Massa Setdakab Aceh Barat Jopi D Saputra di Meulaboh mengatakan, hingga Sabtu dini hari petugas belum bisa menerobos mengantarkan logistik ke daerah yang terisolir tersebut.
"Untuk Kecamatan Woyla Timur dan Woyla Barat anggota Tagana belum berhasil melintasi karena tingginya debit air, hari ini akan dicoba kembali untuk menerobos kawasan tersebut," katanya.
Dia menjelaskan, tingginya intensitas hujan dalam pekan ini melanda Aceh telah mengakibatkan meluapnya beberapa aliran sungai yang berdampak banjir di sejumlah wilayah Aceh Barat yang mulai terjadi sejak Kamis.
Ke-12 kecamatan seluruhnya mengalami banjir, seluruh desa yang ada dalam tiap kecamatan dan yang terparah terjadi di Kecamatan Woyla Timur dengan kedalaman 1-2 meter yang merendam seluruh desa yang ada di setiap kecamatan tersebut.
Kata dia, Pemkab Aceh Barat yang di bantu TNI/Polri dan Basarnas telah turun kelokasi guna mengevakuasi masyarakat ke tempat pengungsian terdekat. Sementara Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnaketrans) bersama Taruna Siaga Bencana (Tagana) telah menyalurkan bantuan masa panik berupa beras ke sejumlah titik.
"Pemda sudah menyalurkan logistik untuk bantuan masa panik. Beras sudah dikeluarkan sejumlah 34 ton terutama untuk Kecamatan Pantee Ceuremen, Panton Reu, Arongan, Samatiga, Bubon, Johan Pahlawan dan Meurebo," sebutnya.
Lebih lanjut dijelaskan, Pemkab Aceh Barat saat ini terus mengupayakan bantuan lainnya yang bersumber dari donatur maupun pemerintah dan dari pemerintah tingkat dua Provinsi Aceh telah menyahuti mengirimkan beras dan lauk pauk.
Hingga Minggu (13/12) dini hari, data korban banjir yang dihimpun dari posko siaga banjir Dinsosnakertrans Aceh Barat tercatat 14.146 Kepala Keluarga dan 49.605 jiwa tersebar di 12 kecamatan.
Selain merendam pemukiman penduduk, banjir kali ini juga mengakibatkan longsor di sejumlah titik seperti di kawasan jalan Kajeung Sarah Perela Kecamatan Sungai Mas dan abrasi pengikisan kepala jembatan Sawang Teube lintas Kecamatan Pantee Ceuremen.
"Bupati Aceh Barat H.T Alaidinsyah bersama instansi terkait, TNI, Polri terus memantau perkembangan bencana alam ini yang juga turut terjun langsung ke sejumlah lokasi banjir sejak malam kemarin," katanya menambahkan.
Di Kota Subulussalam, Provinsi Aceh, banyak rumah juga terendam banjir. Hujan lebat mengakibatkan meluapnya Sungai Souraya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Subulussalam, Kasman mengatakan, akibat banjir dua unit rumah warga di Desa Danau Teras, Kecamatan Simpang Kiri dan tiga mobil jenis Avanza hanyut dan tenggelam dibawa arus yang sangat deras.
"Musibah banjir bandang besar tersebut tidak ada korban jiwa," katanya.
Kasman mengatakan, semua korban yang sempat hanyut dibawa arus banjir berhasil dievakuasi oleh tim gabungan melibatkan TNI, Polri, SAR dan masyarakat setempat dengan menggunakan perahu karet.
"Alhamdulillah mereka selamat semua, berkat bantuan tim dan bantuan masyarakat," kata Kasman yang mengaku sampai pagi berada di lokasi banjir.
Ia mengatakan, ketiga mobil yang terjebak banjir tersebut semuanya berasal dari luar daerah. Mereka diduga tidak paham medan jalan di daerah itu yang sering sekali banjir apabila hujan deras melanda.
Ia menjelaskan, banjir terjadi sejak pukul 23.00 WIB Sabtu malam itu juga mengakibatkan arus lalu lintas Subulussalam-Tapaktuan lumpuh total.
"Ketinggian air bayangkan saja mobil sampai tenggelam dan rumah hanyut," ujarnya.
Selain musibah banjir, kata Kasman hujan deras melanda Kota Subulussalam juga mengakibatkan longsor terjadi di kawasan Lai Ikan, Kecamatan Penanggalan, hingga menyebabkan arus lalu lintas sejak tadi malam sampai pagi lumpuh total.
Kapolsek Penanggalan AKP Muhammad Is yang hubungi mengatakan, arus lalu lintas Subulussalam-Medan (Sumut) sudah bisa dilalui sejak Minggu pagi ini setelah tanah longsor dan kayu yang sempat menimbun jalan berhasil dibersihkan dengan menggunakan alat berat dan warga setempat.
Sementara di Desa Namo Buaya, Kecamatan Sultan Daulat dilaporkan air kembali naik dan merendam ruas jalan Subulussalam-Tapaktuan (Kabupaten Aceh Selatan) hingga mencapai selutut orang dewasa.
"Sekarang airnya naik lagi ke jalan dan sangat deras, mobil kalau tetap dipaksakan melintas bisa terbawa arus," kata Camat Sultan Daulat Khairunnas.(MDK)
loading...
Post a Comment