Ilustrasi |
AMP - Enam angota pengurus Komite Peralihan Aceh (KPA) Wilayah Meureuhom Daya Sagoe Teunom-Pasie Raya, Aceh Jaya, Rabu (3/2) menziarahi makam Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Tgk Abdullah Syafi’ie di Gampong Blang Sukon Cubo, Kecamatan Bandarbaru, Pidie Jaya.
Mereka juga menyambangi rumah mertuanya yang dulu akrab dikunjungi semasa Penglima GAM itu masih berjuang. Namun kondisi rumah itu saat ini memprihatinkan, karena elite pemerintah saat ini hanya aktif berfoto di lokasi makam tanpa memperhatikan kelangsungan hidup keluarga yang ditinggalkan almarhum. “Pemerintah dan anggota dewan kami minta merehab rumah mertua Panglima GAM yang kondisinya kini sangat memprihatinkan,” kata Tgk Hamdani (Abu Han Lhuet).
Selain Tgk Hamdani, anggota KPA wilayah Meureuhom Daya yang ikut dalam ziarah itu, Tgk Budiman (Abu Keudee), Mis MBO (Kuya) Damanhuri, Ahmad Tgk Taliban, dan Ali Hasymi.
Ia mengatakan, fakta di lapangan, rumah kediaman ibu mertua panglima GAM, Tgk Abdullah Syafi’ie yang kini ditempati Puteh binti Abbas (85) dengan kondisi tidak layak huni, rumah itu hanya beratap seng yang telah tua dan dinding yang telah lapuk. Ibu mertua Tgk Abdullah Syafi’ie itu pun kini tinggal sebatang kara,” katanya.
Ironisnya, dalam kondisi pejuang GAM yang umumnya telah kaya raya baik gubernur Aceh, Zaini Abdullah, Wakil Gubernur Aceh, Muzakkir Manaf, para elit GAM seperti Bupati di Aceh serta para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dan DPRK diseluruh Aceh untuk menyisihkan anggaran untuk merehab rumah tak layak huni yang kini berada di tengah kompleks makam panglima GAM.
Atas kondisi itu, pihak KPA Meurehom Daya meminta semua elemen mantan pejuang GAM yang kini telah dibesarkan oleh perjuangan, agar terketuk mata hati untuk menyalurkan donasi (sumbangan) guna memperbaiki kediaman ibu mertua Abdullah Syafi’ie yang sejak 12 tahun dibiarkan tanpa ada tanda-tanda perbaikan.
Ibu mertua Tgk Abdullah Syafi’ie, Puteh Abbas (85) yang ditanyai Serambi, Rabu (3/2) secara terpisah, mengatakan bahwa sejak 12 tahun terakhir ia tinggal sendiri dan sesekali dikunjungi sesekali oleh anak angkat Teungku bernama Martunis.
“Saya tidak akan pernah meminta kepada siapapun, agar rumah ini direnovasi,” katanya. Namun ia mengaku heran kenapa tak ada satu orang pun yang kini menikmati hasil perjuangan, memerhatikan kondisi ini,” ungkapnya.[Serambinews.com]
Mereka juga menyambangi rumah mertuanya yang dulu akrab dikunjungi semasa Penglima GAM itu masih berjuang. Namun kondisi rumah itu saat ini memprihatinkan, karena elite pemerintah saat ini hanya aktif berfoto di lokasi makam tanpa memperhatikan kelangsungan hidup keluarga yang ditinggalkan almarhum. “Pemerintah dan anggota dewan kami minta merehab rumah mertua Panglima GAM yang kondisinya kini sangat memprihatinkan,” kata Tgk Hamdani (Abu Han Lhuet).
Selain Tgk Hamdani, anggota KPA wilayah Meureuhom Daya yang ikut dalam ziarah itu, Tgk Budiman (Abu Keudee), Mis MBO (Kuya) Damanhuri, Ahmad Tgk Taliban, dan Ali Hasymi.
Ia mengatakan, fakta di lapangan, rumah kediaman ibu mertua panglima GAM, Tgk Abdullah Syafi’ie yang kini ditempati Puteh binti Abbas (85) dengan kondisi tidak layak huni, rumah itu hanya beratap seng yang telah tua dan dinding yang telah lapuk. Ibu mertua Tgk Abdullah Syafi’ie itu pun kini tinggal sebatang kara,” katanya.
Ironisnya, dalam kondisi pejuang GAM yang umumnya telah kaya raya baik gubernur Aceh, Zaini Abdullah, Wakil Gubernur Aceh, Muzakkir Manaf, para elit GAM seperti Bupati di Aceh serta para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dan DPRK diseluruh Aceh untuk menyisihkan anggaran untuk merehab rumah tak layak huni yang kini berada di tengah kompleks makam panglima GAM.
Atas kondisi itu, pihak KPA Meurehom Daya meminta semua elemen mantan pejuang GAM yang kini telah dibesarkan oleh perjuangan, agar terketuk mata hati untuk menyalurkan donasi (sumbangan) guna memperbaiki kediaman ibu mertua Abdullah Syafi’ie yang sejak 12 tahun dibiarkan tanpa ada tanda-tanda perbaikan.
Ibu mertua Tgk Abdullah Syafi’ie, Puteh Abbas (85) yang ditanyai Serambi, Rabu (3/2) secara terpisah, mengatakan bahwa sejak 12 tahun terakhir ia tinggal sendiri dan sesekali dikunjungi sesekali oleh anak angkat Teungku bernama Martunis.
“Saya tidak akan pernah meminta kepada siapapun, agar rumah ini direnovasi,” katanya. Namun ia mengaku heran kenapa tak ada satu orang pun yang kini menikmati hasil perjuangan, memerhatikan kondisi ini,” ungkapnya.[Serambinews.com]
loading...
Post a Comment