AMP - Tragedi Geurugok, Bireuen adalah kejadian yang tidak pernah diinginkan oleh siapapun. Aceh sudah lelah berlarut dalam konflik bersenjata selama lebih 30 tahun. Saat ini Aceh pun dipimpin oleh mantan kombatan GAM yang sudah menyatakan kesetiaannya kepada NKRI. Lantas langkah apa yang harus dilakukan pemimpin Aceh saat ini agar tragedi Geurugok tak berulang disaat damai menjadi harapan baru bagi rakyat Aceh.
Kematian Nawi dan Is mau tidak mau disebabkan banyaknya permainan tender di SKPA. Nawi yang terlanjur berhutang kepada sejumlah pihak demi secuil proyek di SKPA gelap mata saat proyek yang dijanjikan menang ternyata dimenangkan pihak lain dan fatalnya duit yang sudah diserahkan kepada pejabat terkait tak kunjung kembali.
Sebagai mantan kombatan GAM yang pernah mendapatkan pelatihan militer, kesabarannya pun habis ketika pejabat tersebut enggan mengembalikan duit pelicin darinya. Ratusan juta yang sudah disetorkan olehnya habis dimakan pejabat rakus di SKPA. Nawi pun memutar otak untuk membalas sakit hatinya. Masih belum jelas apakah pejabat yang dia setor adalah sekretaris ULP yang diculiknya atau ada pejabat lain yang juga terlibat dalam penyuapan ini.
Polisi harus melacak hingga tuntas kasus penyuapan ini, untuk memastikan bahwa tindakan Nawi ini adalah aksi balas dendam. Jika terbukti pejabat penerima suap itu patut dihukum berat, karena secara sengaja atau tidak dirinya lah pemicu Tragedi Geurugok.
Sudah menjadi rahasia umum, proses tender di Aceh sarat permainan. Sejumlah kontraktor mengatakan harus menyediakan asoe hidang agar bisa memenangkan proyek di SKPA. Tak hanya itu proses penunjukkan langsung juga harus menyetorkan upeti dengan alasan uang minum untuk panitia tender dan lainnya.
Gubernur Aceh, Zaini Abdullah harus mengambil langkah tegas jika tak ingin Tragedi Geurugok terulang kembali. Doto Zaini yang akan mencalonkan diri kembali di 2017 harus membuktikan kabinetnya bersih dari unsur suap atau KKN. Jika tidak berat bagi dirinya bersaing untuk pemilukada 2017. Tentu saja, Doto tak ingin lagi ada kejadian bawahannya diculik gara-gara kasus proyek di kabinetnya.
Nawi meninggalkan anak yang masih kecil, dan seorang istri yang akan menangis sepanjang malam karena ulah sejumlah oknum di SKPA. Lantas siapakah yang harus disalahkan? (red/harianmerdeka)
Kematian Nawi dan Is mau tidak mau disebabkan banyaknya permainan tender di SKPA. Nawi yang terlanjur berhutang kepada sejumlah pihak demi secuil proyek di SKPA gelap mata saat proyek yang dijanjikan menang ternyata dimenangkan pihak lain dan fatalnya duit yang sudah diserahkan kepada pejabat terkait tak kunjung kembali.
Sebagai mantan kombatan GAM yang pernah mendapatkan pelatihan militer, kesabarannya pun habis ketika pejabat tersebut enggan mengembalikan duit pelicin darinya. Ratusan juta yang sudah disetorkan olehnya habis dimakan pejabat rakus di SKPA. Nawi pun memutar otak untuk membalas sakit hatinya. Masih belum jelas apakah pejabat yang dia setor adalah sekretaris ULP yang diculiknya atau ada pejabat lain yang juga terlibat dalam penyuapan ini.
Polisi harus melacak hingga tuntas kasus penyuapan ini, untuk memastikan bahwa tindakan Nawi ini adalah aksi balas dendam. Jika terbukti pejabat penerima suap itu patut dihukum berat, karena secara sengaja atau tidak dirinya lah pemicu Tragedi Geurugok.
Sudah menjadi rahasia umum, proses tender di Aceh sarat permainan. Sejumlah kontraktor mengatakan harus menyediakan asoe hidang agar bisa memenangkan proyek di SKPA. Tak hanya itu proses penunjukkan langsung juga harus menyetorkan upeti dengan alasan uang minum untuk panitia tender dan lainnya.
Gubernur Aceh, Zaini Abdullah harus mengambil langkah tegas jika tak ingin Tragedi Geurugok terulang kembali. Doto Zaini yang akan mencalonkan diri kembali di 2017 harus membuktikan kabinetnya bersih dari unsur suap atau KKN. Jika tidak berat bagi dirinya bersaing untuk pemilukada 2017. Tentu saja, Doto tak ingin lagi ada kejadian bawahannya diculik gara-gara kasus proyek di kabinetnya.
Nawi meninggalkan anak yang masih kecil, dan seorang istri yang akan menangis sepanjang malam karena ulah sejumlah oknum di SKPA. Lantas siapakah yang harus disalahkan? (red/harianmerdeka)
loading...
Post a Comment