Sekelompok orang ini menerbangkan bendera Bintang Bulan ke udara mengggunakan balon oksigen di Taman Ratu Safiatuddin, Banda Aceh, Jumat (4/12/2015). |
JIKA di daerah lain bendera Bintang Bulan dikibarkan di tiang bendera, berbeda dengan sekelompok orang di Taman Ratu Safiatuddin, Banda Aceh, dalam peringatan Milad ke-39 Gerakan Aceh Merdeka (GAM) kemarin. Di sini, massa menerbangkan bendera yang masih kontroversi itu dengan menggunakan beberapa balon beroksigen.
Aksi itu dilakukan sekelompok massa di sebelah kiri belakang pelataran tempat seribuan warga duduk, saat zikir bersama. Aksi ini dilakukan saat pembacaan ayat suci Alquran sebagai pembukaan acara oleh Takdir Feriza.
Beberapa orang memegang selembar bendera Bintang Bulan yang diikat pada balon. Sebelum menerbangkan, sebagian mereka lebih dulu melakukan foto bersama dengan bendera tersebut. “Bagah hai, neu peu po aju, ngat jiteurebang aju lam awan, neu peu po aju, (Cepat, terbangkan terus supaya terbang ke awan, terbangkan terus),” teriak seseorang sambil mengabadikan momen tersebut.
Bendera berwarna merah dengan garis hitam dan putih serta gambar bintang bulan di tengahnya itu pun diterbangkan ke udara. Massa kemudian bertepuk tangan sambil berteriak “hidup Aceh, hidup Aceh, Aceh Mulia”. Rencana menerbangkan bendera tersebut mulus seperti diharapkan. Bendera sempat ‘landing’ beberapa kali karena ditengarai balon yang diikat itu tidak cukup ‘tenaga’ untuk menerbangkannya ke udara. “Itu balonnya nggak cukup, makanya dia turun lagi,” kata seseorang dalam rombongan massa.
Karena terlalu berat, kemudian bendera itu ditukar dengan bendera yang ukurannya lebih kecil. Usaha kedua ini berhasil, begitu dilepas, bendera Bintang Bulan itu langsung terbang ke udara. Bersamaan dengan itu seseorang langsung mengumandangkan azan saat bendera itu terbang. Massa mengabadikan momen itu dengan kamera ponsel, mereka juga bertepuk tangan sambil berteriak-teriak.
Aksi ini pun memantik perhatian seribuan warga yang sedang mendengar sambutan yang disampaikan Ketua Panita Milad ke-39 GAM, Darwis Djeunieb, di atas pentas. Bahkan ada sebagian ke luar dari pelataran untuk melihat bendera Bintang Bulan yang mulai hilang terbang bersama angin ke udaran, entah ke mana bendera itu akan terbang.
Usai bendera diterbangkan, sekelompok massa ini kemudian berfoto bersama dengan selembar bendera yang masih disimpan. Beberapa wartawan yang hadir juga sempat mengabadikan foto bersama itu. Saat sedang euforia memegang bendera Bintang Bulan itu, beberapa orang memancing untuk menyanyikan lagu Prang Sabi, sebuah nyanyian yang diyakini bisa membangkitkan semangat dan sangat dilarang untuk dinyanyikan saat konflik Aceh berkecamuk.
“Subhanallah wadahuwa bihamdihi, khalikul badri wa laili adza wa jalla, ulon pujoe poe sidroe poe syukur keu rabbi ya aini, keu kamoe neubri beusuci Aceh Mulia” begitu sepenggal lirik yang dinyayikan massa. Usai bernyanyi bersama, massa langsung membubarkan diri dan kembali mengikuti kegiatan peringatan Milad ke-39 GAM.(aceh.tribunnews)
Aksi itu dilakukan sekelompok massa di sebelah kiri belakang pelataran tempat seribuan warga duduk, saat zikir bersama. Aksi ini dilakukan saat pembacaan ayat suci Alquran sebagai pembukaan acara oleh Takdir Feriza.
Beberapa orang memegang selembar bendera Bintang Bulan yang diikat pada balon. Sebelum menerbangkan, sebagian mereka lebih dulu melakukan foto bersama dengan bendera tersebut. “Bagah hai, neu peu po aju, ngat jiteurebang aju lam awan, neu peu po aju, (Cepat, terbangkan terus supaya terbang ke awan, terbangkan terus),” teriak seseorang sambil mengabadikan momen tersebut.
Bendera berwarna merah dengan garis hitam dan putih serta gambar bintang bulan di tengahnya itu pun diterbangkan ke udara. Massa kemudian bertepuk tangan sambil berteriak “hidup Aceh, hidup Aceh, Aceh Mulia”. Rencana menerbangkan bendera tersebut mulus seperti diharapkan. Bendera sempat ‘landing’ beberapa kali karena ditengarai balon yang diikat itu tidak cukup ‘tenaga’ untuk menerbangkannya ke udara. “Itu balonnya nggak cukup, makanya dia turun lagi,” kata seseorang dalam rombongan massa.
Karena terlalu berat, kemudian bendera itu ditukar dengan bendera yang ukurannya lebih kecil. Usaha kedua ini berhasil, begitu dilepas, bendera Bintang Bulan itu langsung terbang ke udara. Bersamaan dengan itu seseorang langsung mengumandangkan azan saat bendera itu terbang. Massa mengabadikan momen itu dengan kamera ponsel, mereka juga bertepuk tangan sambil berteriak-teriak.
Aksi ini pun memantik perhatian seribuan warga yang sedang mendengar sambutan yang disampaikan Ketua Panita Milad ke-39 GAM, Darwis Djeunieb, di atas pentas. Bahkan ada sebagian ke luar dari pelataran untuk melihat bendera Bintang Bulan yang mulai hilang terbang bersama angin ke udaran, entah ke mana bendera itu akan terbang.
Usai bendera diterbangkan, sekelompok massa ini kemudian berfoto bersama dengan selembar bendera yang masih disimpan. Beberapa wartawan yang hadir juga sempat mengabadikan foto bersama itu. Saat sedang euforia memegang bendera Bintang Bulan itu, beberapa orang memancing untuk menyanyikan lagu Prang Sabi, sebuah nyanyian yang diyakini bisa membangkitkan semangat dan sangat dilarang untuk dinyanyikan saat konflik Aceh berkecamuk.
“Subhanallah wadahuwa bihamdihi, khalikul badri wa laili adza wa jalla, ulon pujoe poe sidroe poe syukur keu rabbi ya aini, keu kamoe neubri beusuci Aceh Mulia” begitu sepenggal lirik yang dinyayikan massa. Usai bernyanyi bersama, massa langsung membubarkan diri dan kembali mengikuti kegiatan peringatan Milad ke-39 GAM.(aceh.tribunnews)
loading...
Post a Comment