AMP - Sejumlah masyarakat Aceh dari berbagai organisasi di Banda Aceh merayakan kemenangan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKParti) dalam Pemilu parlemen Turki, Sabtu 7 Nopember 2015.
Perayaan tersebut dilaksanakan di komplek makam Syeikh Baba Daud Rumi -masyarakat sekitar menyebutnya Tgk Chik di Leupue, Kampung Mulia, Banda Aceh.
Acara tersebut dilaksanakan untuk mensyukuri kemenangan AKParti, partai pimpinan Recep Tayyip Erdogan –presiden Turki sekarang- yang selama berkuasa mendukung penguatan Islam di Turki.
“Ini sebuah momentum bagi Aceh untuk bangkit dan melaksanakan syariat Islam secara kaffah sebagaimana Turki berhasil bangkit dari kungkungan sekularisme secara perlahan dan pasti,” kata Sekjen Ormas Al Kahar, Muhajir selaku ketua panitia.
Perayaan tersebut dipusatkan di komplek makam Syeikh Baba Daud Rumi, untuk mengenalkan kepada masyarakat Aceh bahwa Aceh dan Turki telah menjalin hubungan sejak ratusan tahun silam.
“Ulama ini -Syeikh Baba Daud- merupakan turunan Turki, pengarang kitab Masailal Muhtadi li Ikhwanil Mubtadie, sebuah kitab yang sampai saat ini masih dipelajari di Aceh, Indonesia, Brunei, dan semenanjung Melayu,” kata Muhajir.
Sementara Mizuar Mahdi, Pemuda Bitai -kampung Turki di Banda Aceh- dalam sambutannya mengatakan, hubungan antara Aceh dengan Turki diperkirakan telah terjadi sejak zaman Samudra Pasai, jauh hari sebelum masa Aceh Darussalam.
“Di Banda Aceh, pada tahun 2013, ditemukan dirham tingalan Kesultanan Aceh Darussalam yang bersamanya juga ada dinar Turki Usmani atas nama Sultan Sulaiman bin Salim Al Kanuni Yang Mulia. Ini membuktikan hubungan Aceh dengan Turki begitu erat,” kata Mizuar yang saat ini menjabat ketua LSM Mapesa (Masyarakat Peduli Sejarah Aceh).
Pada masa Aceh Darussalam dipimpin Sultan Alaudin Riayaatsyah –Al Kahar, kata Mizuar, Turki Usmani mengirimkan ahli kemiliteran ke Banda Aceh, yang kemudian mendirikan akademi militer bernama Ma’had Baital Maqdis, tempat itu kini menjadi kampung Bitai.
“Sekolah ini telah memperkuat Aceh, salah seorang lulusan akademi tersebut adalah Laksamana Keumala Hayati, yang merupakan perempuan pertama di dunia yang menjadi laksamana,” kata pemuda yang menyukai makanan Turki ini.
Sementara Wakil Ketua Rabithah Thaliban Aceh (RTA), Teuku Zulkhairi, mengatakan, Turki juga membantu Aceh dalam pendidikan agama. Ia mengharapkan, kemenangan AKParti sekarang dapat mengeratkan hubungan Indonesia dengan Turki.
“Aceh kini diberi kewenangan berhubungan langsung dengan dunia internasional dan baru saja meberlakukan qanun jinayah,” kata Zulkhairi.
Menurut pantauan, kegiatan tersebut turut dihadiri Ariful Azmi Usman, mahasiswa Aceh yang mengikuti Harman Internship Program di Istanbul tahun 2014, qari juara Internasional Takdir Feriza.
Turut hadir Nawawi -perwakilan mahasiswa Aceh yang belajar di Turki, Ustaz Yasir dan rekan -masyarakat Turki di Banda Aceh, Rahmi -guru Sekolah Tahfiz Sulaimaniyah di Aceh, Anggota DPRK Banda Aceh Farid Nyak Umar, dan Teuku Farhan yang pada Mei 2015 mengikuti pertemuan Editor Jurnal Islam di Istanbul, dan tokoh lainnya.
Perayaan tersebut dilaksanakan di komplek makam Syeikh Baba Daud Rumi -masyarakat sekitar menyebutnya Tgk Chik di Leupue, Kampung Mulia, Banda Aceh.
Acara tersebut dilaksanakan untuk mensyukuri kemenangan AKParti, partai pimpinan Recep Tayyip Erdogan –presiden Turki sekarang- yang selama berkuasa mendukung penguatan Islam di Turki.
“Ini sebuah momentum bagi Aceh untuk bangkit dan melaksanakan syariat Islam secara kaffah sebagaimana Turki berhasil bangkit dari kungkungan sekularisme secara perlahan dan pasti,” kata Sekjen Ormas Al Kahar, Muhajir selaku ketua panitia.
Perayaan tersebut dipusatkan di komplek makam Syeikh Baba Daud Rumi, untuk mengenalkan kepada masyarakat Aceh bahwa Aceh dan Turki telah menjalin hubungan sejak ratusan tahun silam.
“Ulama ini -Syeikh Baba Daud- merupakan turunan Turki, pengarang kitab Masailal Muhtadi li Ikhwanil Mubtadie, sebuah kitab yang sampai saat ini masih dipelajari di Aceh, Indonesia, Brunei, dan semenanjung Melayu,” kata Muhajir.
Sementara Mizuar Mahdi, Pemuda Bitai -kampung Turki di Banda Aceh- dalam sambutannya mengatakan, hubungan antara Aceh dengan Turki diperkirakan telah terjadi sejak zaman Samudra Pasai, jauh hari sebelum masa Aceh Darussalam.
“Di Banda Aceh, pada tahun 2013, ditemukan dirham tingalan Kesultanan Aceh Darussalam yang bersamanya juga ada dinar Turki Usmani atas nama Sultan Sulaiman bin Salim Al Kanuni Yang Mulia. Ini membuktikan hubungan Aceh dengan Turki begitu erat,” kata Mizuar yang saat ini menjabat ketua LSM Mapesa (Masyarakat Peduli Sejarah Aceh).
Pada masa Aceh Darussalam dipimpin Sultan Alaudin Riayaatsyah –Al Kahar, kata Mizuar, Turki Usmani mengirimkan ahli kemiliteran ke Banda Aceh, yang kemudian mendirikan akademi militer bernama Ma’had Baital Maqdis, tempat itu kini menjadi kampung Bitai.
“Sekolah ini telah memperkuat Aceh, salah seorang lulusan akademi tersebut adalah Laksamana Keumala Hayati, yang merupakan perempuan pertama di dunia yang menjadi laksamana,” kata pemuda yang menyukai makanan Turki ini.
Sementara Wakil Ketua Rabithah Thaliban Aceh (RTA), Teuku Zulkhairi, mengatakan, Turki juga membantu Aceh dalam pendidikan agama. Ia mengharapkan, kemenangan AKParti sekarang dapat mengeratkan hubungan Indonesia dengan Turki.
“Aceh kini diberi kewenangan berhubungan langsung dengan dunia internasional dan baru saja meberlakukan qanun jinayah,” kata Zulkhairi.
Menurut pantauan, kegiatan tersebut turut dihadiri Ariful Azmi Usman, mahasiswa Aceh yang mengikuti Harman Internship Program di Istanbul tahun 2014, qari juara Internasional Takdir Feriza.
Turut hadir Nawawi -perwakilan mahasiswa Aceh yang belajar di Turki, Ustaz Yasir dan rekan -masyarakat Turki di Banda Aceh, Rahmi -guru Sekolah Tahfiz Sulaimaniyah di Aceh, Anggota DPRK Banda Aceh Farid Nyak Umar, dan Teuku Farhan yang pada Mei 2015 mengikuti pertemuan Editor Jurnal Islam di Istanbul, dan tokoh lainnya.
Sumber: hidayatullah.com
loading...
Post a Comment