AMP - Pengamat ekonomi, Rustam Effendi mengatakan, dana otonomi khusus (otsus) di Aceh yang dikucurkan sejak tahun 2008 lalu terkesan ‘dilematis’. Menurutnya, jumlah dana otsus yang terus bertambah tiap tahunnya tidak mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan di Aceh.
Rustam menjelaskan, meskipun angka dan otsus tiap tahunnya meningkat 8,8 persen paradoks dengan angka pengangguran yang semakin tinggi.
“Kalau kita lihat angka dana otsus itu naik 8,8 persen pertahun selama hampir 8 tahun ini. Semestinya improvment (perbaikan kehidupan –red) kita juga harus naik sebesar itu juga yaitu 8,8 persen. Nyatanya tidak begitu,” jelasnya saat dihubungi AJNN, Senin (23/11) di Banda Aceh.
Ia juga mengatakan, kurangnya lapangan kerja bisa dilihat dari fenomena pemuda yang banyak dari kampung pergi ke kota hanya untuk mencari pekerjaan.
“Kalau kita amati anak-anak muda dikampung banyak ke kota, karena tidak adanya insentif dikampung,” terang Rustam Effendi memberikan contoh.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh merilis data Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Aceh yang mencapai 217 ribu atau 9,93 persen. Dari data tersebut menunjukan laju angka pengangguran diatas rata-rata nasional atau dengan kata lain, Aceh merupakan penyumbang pengangguran terbanyak.
“Ini satu hal yang dilematis, disaat uang kita banyak, otsus naik 8,8 persen, tapi pengangguran kok malah nambah,” tutup Rustam Effendi.[AJNN]
Rustam menjelaskan, meskipun angka dan otsus tiap tahunnya meningkat 8,8 persen paradoks dengan angka pengangguran yang semakin tinggi.
“Kalau kita lihat angka dana otsus itu naik 8,8 persen pertahun selama hampir 8 tahun ini. Semestinya improvment (perbaikan kehidupan –red) kita juga harus naik sebesar itu juga yaitu 8,8 persen. Nyatanya tidak begitu,” jelasnya saat dihubungi AJNN, Senin (23/11) di Banda Aceh.
Ia juga mengatakan, kurangnya lapangan kerja bisa dilihat dari fenomena pemuda yang banyak dari kampung pergi ke kota hanya untuk mencari pekerjaan.
“Kalau kita amati anak-anak muda dikampung banyak ke kota, karena tidak adanya insentif dikampung,” terang Rustam Effendi memberikan contoh.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh merilis data Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Aceh yang mencapai 217 ribu atau 9,93 persen. Dari data tersebut menunjukan laju angka pengangguran diatas rata-rata nasional atau dengan kata lain, Aceh merupakan penyumbang pengangguran terbanyak.
“Ini satu hal yang dilematis, disaat uang kita banyak, otsus naik 8,8 persen, tapi pengangguran kok malah nambah,” tutup Rustam Effendi.[AJNN]
loading...
Post a Comment