AMP - Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah memakai tamsilan “ibarat bertanya warna pada orang buta” saat berkomentar tentang aksi-aksi kriminal yang selama ini dilakukan Nurdin bin Ismail alias Din Minimi bersama kelompoknya.
“Kalau kita menanggapi aksi yang dilakukan Din Minimi selama ini terkait ketidakpuasannya terhadap Pemerintah Zikir (Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf -red), sehingga ia membentuk kelompok bersenjata yang kini terus diburu polisi, sama artinya kita sedang bertanya kepada orang buta,” kata Dokter Zaini menjawab Serambi di Pelabuhan Perikanan Besar Lampulo Baru, Kamis (19/11), saat ia meninjau pelabuhan tersebut yang akan dijadikan tempat peringatan Hari Nusantara pada 13 Desember mendatang.
Zaini menambahkan, orang buta itu kan tak bisa melihat warna, lalu dari mana dia tahu warna hitam, merah, dan putih? “Setelah kita beri tahu, barulah orang buta itu tahu bahwa kain yang dipegangnya itu berwarna hitam, merah, atau putih. Nah, begitu jualah kelompok bersenjata Din Minimi. Dia nyatakan tidak puas pada kinerja Pemerintah Zikir. Padahal, sudah kita ajak untuk duduk bersama. Di mana yang masih kurang kita perbaiki bersama-sama untuk membangun negeri, bukan justru membentuk kelompok bersenjata dan mengganggu ketenteraman masyarakat,” ujar Zaini.
Sebagai Kepala Pemerintahan Aceh, kata Zaini, pihaknya telah menyerahkan sepenuhnya penanganan kelompok Din Minimi kepada aparat kepolisian. “Kita ingin, kasus-kasus kriminal yang dilakukan Din Minimi selama ini segera diakhiri. Dan itu urusan polisi,” ucap Zaini.
Gubernur Zaini menyatakan tak ingin konsentrasinya terpecah memikirkan ulah Din Minimi. “Lebih baik kita memfokuskan tenaga dan pikiran pada pelaksanaan program kerja tahunan yang sedang dijalankan demi mencapai hasil kerja lima tahun selama memerintah.”
Zaini cuma mengingatkan bahwa tindakan Din Minimi dan kelompoknya yang meresahkan rakyatlah yang mendorong aparat kepolisian terus mengejarnya.
“Kenapa aparat keamanan mengejarnya, karena dalam kelompoknya terdapat banyak senjata. Kita semua tahu, senjata itu tidak boleh dimiliki oleh kelompok sipil, seperti Din Minimi,” imbuhnya.
Menurut Zaini, banyak mantan kombatan GAM yang jalan pikirannya tidak seperti Din Minimi pada masa pascakonflik ini. Contohnya, mantan kombatan di wilayah Peureulak, Aceh Timur, mereka justru meminta agar bupati setempat memberikan bantuan rumah untuk tempat tinggal dan menyiapkan lahan pertanian atau perkebunan untuk mata pencaharian yang baru.
Nah, atas permintaan mantan kombatan GAM wilayah Peureulak dan sekitarnya itu, Bupati Aceh Timur, Hasbalah bin M Thaib mengajukan proposal kepada Pemerintah Aceh. “Tahun 2014 Pemerintah Aceh telah membangun 197 rumah tipe 36 untuk mantan kombatan GAM dan penduduk miskin lainnya di Desa Samana Jaya, Aceh Timur. Kawasan itu bahkan sudah dijadikan Kawasan Kota Mandiri (KTM),” ujarnya.
Di mata Zaini, cara pandang dan pemikiran seperti mantan kombatan GAM Aceh Timur itulah yang lebih tepat.
“Kalau ingin membangun negeri, bukan seperti yang dilakukan kelompok Din Minimi,” ulasnya.
Menurut Zaini, pemerintahan Zikir tetap menampung aspirasi eks kombatan GAM, janda korban konflik, anak yatim piatu, dan masyarakat miskin untuk bisa hidup sejahtera dalam mencapai kemakmuran. "Tapi haruslah melalui jalur yang benar dan wajar, bukan dengan membentuk kelompok bersenjata yang bisa membuat masyarakat seperti kembali ke masa konflik,” ujar Zaini Abdullah.
Saat ini, lanjut Zaini, bukan masanya lagi angkat senjata, tapi masa untuk membangun negeri di berbagai sektor. Apalagi perhatian pemerintah pusat untuk memberikan kesejahteraan kepada masyarakat Aceh kini cukup besar, dengan berbagai programnya.
“Misalnya, dengan membentuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di bekas lokasi kawasan industri migas Arun dan Exxon Mobil di Lhokseumawe dan Aceh Utara, juga membangun berbagai waduk besar supaya petani di Aceh bisa panen dua kali dalam satu tahun,” ujarnya menyebut contoh.
Di akhir pembicaraannya, Zaini menyatakan, saat ini sebaiknya semua pihak lebih fokus berpikir bagaimana cara membangun ekonomi Aceh agar rakyat sejahtera.
“Din Minimi itu belum bisa mencerna arti dari perjuang GAM yang kini sudah damai dengan Pemerintah Indonesia. Pada masa perjuangan GAM, dia itu masih kecil. Jadi, kalau kita terlalu banyak bicara soal dia saat ini, kerjaan lain yang lebih penting yang sangat dibutuhkan masyarakat untuk diselesaikan, bisa-bisa terabaikan,” demikian Zaini Abdullah.
Sementara itu, tim gabungan yang terdiri atas Polda Aceh, Polres Aceh Timur, dan Brimob Subden II Aramia, hingga Kamis (19/11) sore masih melakukan penyisiran di kawasan yang diduga dijadikan tempat persembunyian Din Minimi dan anggotanya, yakni di hutan Kecamatan Pante Bidari, Aceh Timur.
Tim gabungan itu dipimpin Direskrimum, Dir Intel, dan Dir Ops Polda Aceh, serta Kapolres Aceh Timur beserta personelnya. Kurang lebih 100 personel Rabu (18/11) pagi memasuki kawasan Pante Labu Kecamatan Pante Bidari, menggunakan 20 mobil, termasuk truk reo, mobil dinas biasa, dan barakuda atau mobil antihuru-hara.
Hingga tadi malam belum diketahui apa hasil penyisiran itu. Kapolres Aceh Timur, AKBP Hendri Budiman MH yang dihubungi Serambi tidak menjawab. SMS yang dikirimkan pun belum dibalas.[]
“Kalau kita menanggapi aksi yang dilakukan Din Minimi selama ini terkait ketidakpuasannya terhadap Pemerintah Zikir (Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf -red), sehingga ia membentuk kelompok bersenjata yang kini terus diburu polisi, sama artinya kita sedang bertanya kepada orang buta,” kata Dokter Zaini menjawab Serambi di Pelabuhan Perikanan Besar Lampulo Baru, Kamis (19/11), saat ia meninjau pelabuhan tersebut yang akan dijadikan tempat peringatan Hari Nusantara pada 13 Desember mendatang.
Zaini menambahkan, orang buta itu kan tak bisa melihat warna, lalu dari mana dia tahu warna hitam, merah, dan putih? “Setelah kita beri tahu, barulah orang buta itu tahu bahwa kain yang dipegangnya itu berwarna hitam, merah, atau putih. Nah, begitu jualah kelompok bersenjata Din Minimi. Dia nyatakan tidak puas pada kinerja Pemerintah Zikir. Padahal, sudah kita ajak untuk duduk bersama. Di mana yang masih kurang kita perbaiki bersama-sama untuk membangun negeri, bukan justru membentuk kelompok bersenjata dan mengganggu ketenteraman masyarakat,” ujar Zaini.
Sebagai Kepala Pemerintahan Aceh, kata Zaini, pihaknya telah menyerahkan sepenuhnya penanganan kelompok Din Minimi kepada aparat kepolisian. “Kita ingin, kasus-kasus kriminal yang dilakukan Din Minimi selama ini segera diakhiri. Dan itu urusan polisi,” ucap Zaini.
Gubernur Zaini menyatakan tak ingin konsentrasinya terpecah memikirkan ulah Din Minimi. “Lebih baik kita memfokuskan tenaga dan pikiran pada pelaksanaan program kerja tahunan yang sedang dijalankan demi mencapai hasil kerja lima tahun selama memerintah.”
Zaini cuma mengingatkan bahwa tindakan Din Minimi dan kelompoknya yang meresahkan rakyatlah yang mendorong aparat kepolisian terus mengejarnya.
“Kenapa aparat keamanan mengejarnya, karena dalam kelompoknya terdapat banyak senjata. Kita semua tahu, senjata itu tidak boleh dimiliki oleh kelompok sipil, seperti Din Minimi,” imbuhnya.
Menurut Zaini, banyak mantan kombatan GAM yang jalan pikirannya tidak seperti Din Minimi pada masa pascakonflik ini. Contohnya, mantan kombatan di wilayah Peureulak, Aceh Timur, mereka justru meminta agar bupati setempat memberikan bantuan rumah untuk tempat tinggal dan menyiapkan lahan pertanian atau perkebunan untuk mata pencaharian yang baru.
Nah, atas permintaan mantan kombatan GAM wilayah Peureulak dan sekitarnya itu, Bupati Aceh Timur, Hasbalah bin M Thaib mengajukan proposal kepada Pemerintah Aceh. “Tahun 2014 Pemerintah Aceh telah membangun 197 rumah tipe 36 untuk mantan kombatan GAM dan penduduk miskin lainnya di Desa Samana Jaya, Aceh Timur. Kawasan itu bahkan sudah dijadikan Kawasan Kota Mandiri (KTM),” ujarnya.
Di mata Zaini, cara pandang dan pemikiran seperti mantan kombatan GAM Aceh Timur itulah yang lebih tepat.
“Kalau ingin membangun negeri, bukan seperti yang dilakukan kelompok Din Minimi,” ulasnya.
Menurut Zaini, pemerintahan Zikir tetap menampung aspirasi eks kombatan GAM, janda korban konflik, anak yatim piatu, dan masyarakat miskin untuk bisa hidup sejahtera dalam mencapai kemakmuran. "Tapi haruslah melalui jalur yang benar dan wajar, bukan dengan membentuk kelompok bersenjata yang bisa membuat masyarakat seperti kembali ke masa konflik,” ujar Zaini Abdullah.
Saat ini, lanjut Zaini, bukan masanya lagi angkat senjata, tapi masa untuk membangun negeri di berbagai sektor. Apalagi perhatian pemerintah pusat untuk memberikan kesejahteraan kepada masyarakat Aceh kini cukup besar, dengan berbagai programnya.
“Misalnya, dengan membentuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di bekas lokasi kawasan industri migas Arun dan Exxon Mobil di Lhokseumawe dan Aceh Utara, juga membangun berbagai waduk besar supaya petani di Aceh bisa panen dua kali dalam satu tahun,” ujarnya menyebut contoh.
Di akhir pembicaraannya, Zaini menyatakan, saat ini sebaiknya semua pihak lebih fokus berpikir bagaimana cara membangun ekonomi Aceh agar rakyat sejahtera.
“Din Minimi itu belum bisa mencerna arti dari perjuang GAM yang kini sudah damai dengan Pemerintah Indonesia. Pada masa perjuangan GAM, dia itu masih kecil. Jadi, kalau kita terlalu banyak bicara soal dia saat ini, kerjaan lain yang lebih penting yang sangat dibutuhkan masyarakat untuk diselesaikan, bisa-bisa terabaikan,” demikian Zaini Abdullah.
Sementara itu, tim gabungan yang terdiri atas Polda Aceh, Polres Aceh Timur, dan Brimob Subden II Aramia, hingga Kamis (19/11) sore masih melakukan penyisiran di kawasan yang diduga dijadikan tempat persembunyian Din Minimi dan anggotanya, yakni di hutan Kecamatan Pante Bidari, Aceh Timur.
Tim gabungan itu dipimpin Direskrimum, Dir Intel, dan Dir Ops Polda Aceh, serta Kapolres Aceh Timur beserta personelnya. Kurang lebih 100 personel Rabu (18/11) pagi memasuki kawasan Pante Labu Kecamatan Pante Bidari, menggunakan 20 mobil, termasuk truk reo, mobil dinas biasa, dan barakuda atau mobil antihuru-hara.
Hingga tadi malam belum diketahui apa hasil penyisiran itu. Kapolres Aceh Timur, AKBP Hendri Budiman MH yang dihubungi Serambi tidak menjawab. SMS yang dikirimkan pun belum dibalas.[]
sumber: acehtribunnews.com
loading...
Post a Comment