AMP - Jelang 4 Tahun pemerintahan Doto Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf alias ZIKIR, birokrasi Pemerintahan Aceh kian terpuruk, mulai dari keterlambatan merangcang APBA hingga kotak-katik kabinet atau Satuan Kerja Pemerintahan Aceh (SKPA) sehingga dampak buruknya dirasakan oleh masyarakat Aceh akibat banyak proyek yang gagal bahkan pembangunan yang tidak merata.
Semasa kampanye dulu pernah para eks Kombantan GAM tersebut yang berpayung dibawah roda PArtai Aceh pernah melontarkan 21 janji dengan bentuk program pro rakyat yang akan mereka penuhi bila terpilih menjadi Gubernur dan wakil Gubernur untuk periode 2012-2017.
Namun, jabatan mereka yang hampir punah dengan posisi DPRA yang silih berganti tidak satu pun yang terealisasi dan menjadi kenyataan hingga kini.
Sebut saja janji ‘’manis yang menjadikan rakyat tergiur dengan harapan ” Rp 1 juta/bulan/kk yang akan mereka berikan bagi setiap keluarga di Aceh, jangankan diberikan, diprogramkan pun tidak. Kalau dipikir secara logika, memang tidak ada satu pun dari ke-21 janji yang diucapkan oleh ‘’zikir” realistis untuk dipenuhi. Boleh dikatakan ke 21 janji itu hanya ‘’bumbu penyedap” masa kampanye.
Melihat pernyataan yang pernah disampaikan oleh Zaini Abdullah bahwa janji memberikan Rp 1 juta per kk bukan solusi bagus bagi rakyat Aceh, maka dapat dipastikan bahwa salah satu janji mereka tidak akan dipenuhi (theglobejournal.com). Sepertinya, satu per satu janji-janji ‘’pro rakyat” mulai dilupakan pasangan yang dijagokan oleh partai Aceh tersebut. Tak heran, jika ada isu yang berkembang bahwa masyarakat yang telah ‘’terlanjur” menjatuhkan pilihan pada mereka sewaktu pemilukada dulu dengan menyebut pasangan Zaini Abdullah-Muzakir Manaf sebagai ‘’Zalem” (Zaini-Mualem, panggilan akrab Muzakir Manaf). Apakah untuk menggambarkan sikap zalim (jahat) yang dalam bahasa Aceh sering disebut zalem bagi Zaini dan Muzakir yang telah dianggap mengecewakan mereka atau hanya sekedar cara penyebutan lain bagi pasangan terkenal dengan sebutan ‘’zikir” semasa kampanye pemulikada?. Hanya masyarakat itu sendiri yang lebih paham makna sebutan ‘’zalem” yang mereka ucapkan. Mungkin kejadian seperti diatas mirip istilah populer ‘’janji tinggal janji, bulan madu hanya mimpi…”. Ya, demikianlah yang terjadi. Kadang ucapan tidak sesuai dengan kenyataan yang dilakukan. Walau dalam iklan kampanye Zaini-Muzakir ditulis ‘’peugah ubee buet, peu beut ubee na” yang bermakna katakanlah sesuai dengan apa yang akan dilaksanakan nantinya. Jangan dilebih-lebihkan. Kenyataan malah sebaliknya. Setidaknya di tahun pertama mereka memimpin Aceh. Tidak salah juga bila ada istilah yang berkembang untuk menggambarkan sikap Zaini-Muzakir akan janji-janji yang pernah mereka sampaikan, tapi hingga kini belum juga dipenuhi dengan sebutan ‘’janji tinggal janji, Zaini-Muzakir tak lagi peduli”.
Inilah Realita yang sekarang terjadi. sinkronisasi antara legeslatif, eksekutif dan Gubernur malah tidak akur, bahkan kata2 pemerintah pungoe sekarang menjdi isu hot dikalangan rakyat Aceh.
Inilah Realita yang sekarang terjadi. sinkronisasi antara legeslatif, eksekutif dan Gubernur malah tidak akur, bahkan kata2 pemerintah pungoe sekarang menjdi isu hot dikalangan rakyat Aceh.
Seperti halnya Zaini dan Muzakir Manaf yang sekarang tidak akur, mungkin jadi tanda tanya, apakah dikarenakan pembagian jatah yang tidak sesua, atau fungsi SKPA yang menjadi saingan bisnis keduanya.
Nanti akan terjawab. [Rakyat Jelata]
loading...
Post a Comment