AMP - Indonesia dikenal memiliki tanaman kopi dengan rasa dan aroma yang unik serta digemari bangsa-bangsa di seluruh dunia. Kopi Aceh Gayo salah satu termasuk kopi terbaik di dunia.
Deputi Bidang Produksi Kementerian Koperasi UKM I Wayan Dipta mengatakan perkembangan industri pengolahan kopi di dalam negeri memiliki prospek yang sangat baik. Indonesia rata-rata baru mencapai 1,2 kg perkapita/tahun dibanding negara-negara pengimpor kopi. "Seperti Amerika Serikat 4,3 kg, Jepang 3,4 kg, Austria 7,6 kg, Belgia 8,0 kg, Norwegia 10,6 kg, danFinlandia 11,4 kg perkapita/tahun," katanya melalui keterangan resminya, saat melakukan kegiatan Bimbingan Teknis Penguatan Sistem Bisnis Koperasi di Bidang Pengolahan Kopi di Banda Aceh.
Beberapa permasalahan yang dihadapi koperasi dalam unit usaha pengolahan kopi, lanjut I Wayan, pertama, pajak bagi produk kopi terasa berat bagi petani anggota koperasi. Kedua, masih rendahnya kemampuan koperasi untuk berinovasi dan berkreatifitas untuk menciptakan produk turunan (diversifikasi produk) dari kopi.
Ketiga, pembiayaan untuk produksi dari hulu ke hilir dan kurangnya informasi pasar. Keempat, teknologi tepat guna untuk meningkatkan kualitas dan nilai produksi. Dan yang terakhir kelima, besarnya biaya pembuatan sertifikat dari pihak luar (importir).
Di samping itu, supaya produksi kopi para petani anggota koperasi dapat diekspor, maka minimal harus memiliki tiga sertifikat yang dikeluarkan pihak luar (importir LN), yakni Sertifikat Fair Trade, Sertifikat Organik, dan Sertifikat Rain Forest. Negara tujuan ekspor terbesar ke USA 58.308 ton, Jepang 41.234 ton, Jerman 37.977 ton, Italia 29.745 ton, dan Malaysia 29.136 ton.
Kemenkop UKM, lanjut I Wayan, ingin meningkatkan produksi Kopi Gayo di Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Bener Meriah sebagai penghasil kopi Gayo. Di dua Kabupaten tersebut, terdapat 21 koperasi yang sudah memiliki Network of Asia Pasific Producer Indonesia (NAPP-Indonesia).
"Ada dua koperasi yang sudah melaksanakan ekspor secara langsung yaitu KBQ Babburayan dan Gayo Linge Organik. Untuk mendapatkan mutu kopi yang tinggi berdasarkan SNI, baik biji maupun rasa, ditentukan oleh kegiatan Un Farm maupun Of Farm," jelasnya.(dna/km/buya soraya)
Deputi Bidang Produksi Kementerian Koperasi UKM I Wayan Dipta mengatakan perkembangan industri pengolahan kopi di dalam negeri memiliki prospek yang sangat baik. Indonesia rata-rata baru mencapai 1,2 kg perkapita/tahun dibanding negara-negara pengimpor kopi. "Seperti Amerika Serikat 4,3 kg, Jepang 3,4 kg, Austria 7,6 kg, Belgia 8,0 kg, Norwegia 10,6 kg, danFinlandia 11,4 kg perkapita/tahun," katanya melalui keterangan resminya, saat melakukan kegiatan Bimbingan Teknis Penguatan Sistem Bisnis Koperasi di Bidang Pengolahan Kopi di Banda Aceh.
Beberapa permasalahan yang dihadapi koperasi dalam unit usaha pengolahan kopi, lanjut I Wayan, pertama, pajak bagi produk kopi terasa berat bagi petani anggota koperasi. Kedua, masih rendahnya kemampuan koperasi untuk berinovasi dan berkreatifitas untuk menciptakan produk turunan (diversifikasi produk) dari kopi.
Ketiga, pembiayaan untuk produksi dari hulu ke hilir dan kurangnya informasi pasar. Keempat, teknologi tepat guna untuk meningkatkan kualitas dan nilai produksi. Dan yang terakhir kelima, besarnya biaya pembuatan sertifikat dari pihak luar (importir).
Di samping itu, supaya produksi kopi para petani anggota koperasi dapat diekspor, maka minimal harus memiliki tiga sertifikat yang dikeluarkan pihak luar (importir LN), yakni Sertifikat Fair Trade, Sertifikat Organik, dan Sertifikat Rain Forest. Negara tujuan ekspor terbesar ke USA 58.308 ton, Jepang 41.234 ton, Jerman 37.977 ton, Italia 29.745 ton, dan Malaysia 29.136 ton.
Kemenkop UKM, lanjut I Wayan, ingin meningkatkan produksi Kopi Gayo di Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Bener Meriah sebagai penghasil kopi Gayo. Di dua Kabupaten tersebut, terdapat 21 koperasi yang sudah memiliki Network of Asia Pasific Producer Indonesia (NAPP-Indonesia).
"Ada dua koperasi yang sudah melaksanakan ekspor secara langsung yaitu KBQ Babburayan dan Gayo Linge Organik. Untuk mendapatkan mutu kopi yang tinggi berdasarkan SNI, baik biji maupun rasa, ditentukan oleh kegiatan Un Farm maupun Of Farm," jelasnya.(dna/km/buya soraya)
Sumber: sumutdaily.com
loading...
Post a Comment