AMP - Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) Wilayah Pase, Tengku Zulkarnaini bin Hamzah (Tengku Nie) mengatakan damai yang telah dijalani selama 11 tahun diibaratkan seperti kebakaran. Jika telah terbakar maka sulit sulit untuk dipadamkan.
"Jagalah perdamaian ini sebaik-baiknya. Damai ibarat kebakaran, jika telah terbakar maka sulit untuk dipadamkan," kata Tengku Nie dalam pidato memperingati 11 tahun perdamaian Aceh di Kompleks Makam Sultan Malikussaleh, Desa Beringen, Kecamatan Samudera, Aceh Utara, Senin, 15 Agustus 2016.
Tengku Nie juga menjelaskan sebelum perdamaian, Aceh ibarat api membara. Namun akhirnya bisa dipadamkan.
"Kita semua dari ekskombatan GAM harus bersabar, karena menjaga perdamaian ini agak sulit. Hari ini adalah hari yg sangat penting bagi kita, apalagi kondisi kita sekarang terlihat morat marit. Maka harapan kita kepada semua penanggung jawab perdamaian yaitu Presiden Finlandia, MenkumHam RI, Wapres RI agar segera selesaikan butir-butir MoU Helsinki," kata Tengku Nie.
Tengku Nie juga menyebutkan alangkah kelirunya jika ada sekelompok orang yang sampai sekarang menganggap GAM bagian dari separatis. Menurutnya dalam penandatanganan MoU Helsinky tahun 2005 lalu tidak disebutkan GAM sebagai separatis, tetapi hanya GAM.
Dia juga mengatakan perdamaian ini adalah utang Indonesia dengan Aceh untuk mengimplementasikan butir-butir MoU Helsinki.
"Tercapainya poin-poin MoU Helsinki apabila kita mau kembali kepada keikhlasan. Karena jika Aceh senang, maka Indonesia juga demikian," ujarnya.
Dia turut merunut sejarah Aceh yang berjuang melawan Belanda untuk memerdekakan Indonesia. "Maka apa salahnya jika Indonesia memberikan lebih kepada Aceh," kata Teungku Nie.
Di sisi lain, dia berharap para calon kepala daerah dari Partai Aceh nantinya dapat menyelesaikan implementasi butir-butir MoU Helsinki setelah terpilih sebagai Gubernur Aceh. “Kepala daerah pertanyakan implementasi yang belum selesai di pusat,” kata Tengku Nie.[portalsatu]
"Jagalah perdamaian ini sebaik-baiknya. Damai ibarat kebakaran, jika telah terbakar maka sulit untuk dipadamkan," kata Tengku Nie dalam pidato memperingati 11 tahun perdamaian Aceh di Kompleks Makam Sultan Malikussaleh, Desa Beringen, Kecamatan Samudera, Aceh Utara, Senin, 15 Agustus 2016.
Tengku Nie juga menjelaskan sebelum perdamaian, Aceh ibarat api membara. Namun akhirnya bisa dipadamkan.
"Kita semua dari ekskombatan GAM harus bersabar, karena menjaga perdamaian ini agak sulit. Hari ini adalah hari yg sangat penting bagi kita, apalagi kondisi kita sekarang terlihat morat marit. Maka harapan kita kepada semua penanggung jawab perdamaian yaitu Presiden Finlandia, MenkumHam RI, Wapres RI agar segera selesaikan butir-butir MoU Helsinki," kata Tengku Nie.
Tengku Nie juga menyebutkan alangkah kelirunya jika ada sekelompok orang yang sampai sekarang menganggap GAM bagian dari separatis. Menurutnya dalam penandatanganan MoU Helsinky tahun 2005 lalu tidak disebutkan GAM sebagai separatis, tetapi hanya GAM.
Dia juga mengatakan perdamaian ini adalah utang Indonesia dengan Aceh untuk mengimplementasikan butir-butir MoU Helsinki.
"Tercapainya poin-poin MoU Helsinki apabila kita mau kembali kepada keikhlasan. Karena jika Aceh senang, maka Indonesia juga demikian," ujarnya.
Dia turut merunut sejarah Aceh yang berjuang melawan Belanda untuk memerdekakan Indonesia. "Maka apa salahnya jika Indonesia memberikan lebih kepada Aceh," kata Teungku Nie.
Di sisi lain, dia berharap para calon kepala daerah dari Partai Aceh nantinya dapat menyelesaikan implementasi butir-butir MoU Helsinki setelah terpilih sebagai Gubernur Aceh. “Kepala daerah pertanyakan implementasi yang belum selesai di pusat,” kata Tengku Nie.[portalsatu]
loading...
Post a Comment