MUZAKIR MANAF. Sosoknya tak lagi asing bagi mayoritas masyarakat di Provinsi Aceh. Betapa tidak, ia saat ini merupakan orang nomor dua (Wakil Gubernur Aceh) yang mendampingi Zaini Abdullah di daerah tingkat I, yang terletak di ujung barat Pulau Sumatera tersebut.
Namun demikian, hasrat Mualem (sapaan Muzakir Manaf) untuk menjadi orang nomor satu menggantikan Zaini Abdullah sangatlah menggebu-gebu. Ia bahkan telah jauh-jauh hari ambil start –dua tahun jelang pemilukada– mengumumkan bahwa akan mencalonkan diri melalui Partai Aceh sebagai gubernur, pada pemilihan kepala daerah tahun 2017 nanti.
Selintas, terlihat bahwa Mualem tak lagi sabar hendak “merebut” kursi Gubernur Aceh, yang terkesan sangat menggiurkan baginya. Padahal banyak janji-janji Mualem bersama Doto Zaini belum terealisasi sebagaimana yang pernah ia janjikan. Salah satu janji yang paling bombastis dan sensasional adalah pemberian cuma-cuma uang senilai 1 juta / bulan / KK.
Di balik keinginan Muzakir Manaf yang bertujuan menjadi Gubernur Aceh untuk periode berikutnya (2017-2019), ada sisi profil yang cenderung ditutup-tutupi dari publik. Semestinya, rakyat Aceh mengetahui sepintas profil kehidupan pribadi calon orang nomor satu di Tanah Rencong.
Dengan adanya keterbukaan demikian, masyarakat pun tak lagi ragu dalam menilai kapabilitas seseorang yang akan memimpin. Sisi yang dimaksud dan telah menjadi desas-desus yang ramai diperbincangkan publik di Aceh adalah jumlah istri Muzakir Manaf.
Sebagai calon Gubernur Aceh yang nantinya akan menggunakan fasilitas negara dan digaji dari uang rakyat yang bersumber dari pajak, ketertutupan Mualem seharusnya tak boleh terjadi. Apalagi di era demokrasi seperti saat ini yang menghendaki keterbukaan seorang kandidat yang nantinya menjadi pemimpin khalayak ramai setingkat provinsi.
Sebab itulah, perempuan-perempuan yang menjadi pendamping hidup Muzakir Manaf seyogianya diketahui oleh masyarakat. Karena ini menyangkut anggaran rakyat yang nantinya digunakan untuk menopang hidup dan menjadi sumber utama dalam menjalankan tugasnya; bila nanti terpilih sebagai Gubernur Aceh periode 2017-2019.
Muzakir Manaf dan Salmawati sedang berjalan menuju ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) 29 di kompleks terminal Panton Labu, pada pemilukada tahun 2012.
Muzakir Manaf dan Salmawati sedang berjalan menuju ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) 29 di kompleks terminal Panton Labu, pada pemilukada tahun 2012.
Di antara sederet perempuan yang menjadi istri Muzakir Manaf, ada beberapa nama yang beredar dan muncul ke publik, yaitu: Marlina Usman (istri yang tampil secara “resmi” mendampingi Mualem selama ia menjadi Wakil Gubernur Aceh), Salmawati (pernah tampil saat pemilukada tahun 2012), dan Kiki (perempuan yang sering disapa Kiki Mualem dan berprofesi sebagai PNS di Banda Aceh).
Tidak hanya itu. Ada beberapa nama lainnya selain tiga orang perempuan tadi, yang menjadi istri Muzakir Manaf. Dan berdomisili di luar Aceh.
Perlu diketahui bahwa Muzakir Manaf memiliki beberapa bisnis di luar Aceh, yang jadi “vitamin” pendukung dalam meraih ambisinya di Aceh. Termasuk menyalurkan “hobi”-nya mengoleksi perempuan untuk dijadikan sebagai istri. Di antaranya adalah bisnis perhotelan dan transportasi. Bisnis hotel berlokasi di Medan; sedangkan bisnis transportasi menjangkau hingga ke Pulau Jawa. Dalam hal transportasi, ada beberapa bus Sempati Star yang dimiliki Mualem dalam bisnis yang dikelola Sepakat Group tersebut. Khususnya yang berwarna hitam.
Entah dari mana duit itu didapat. Mengingat banyak mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang dahulu dipimpin Muzakir Manaf justru hidup dalam keadaan serba kekurangan. Belum lagi rakyat Aceh yang ikut terkena imbas konflik yang dimulai oleh GAM sejak tahun 1970-an.
Uang triliunan rupiah yang disalurkan pemerintah pusat di Jakarta untuk dijadikan modal usaha eks GAM dalam menata kehidupan baru, justru banyak hilang “tak berjejak”. Berbeda jauh dengan kehidupan elit GAM yang hidup serba cukup dan cenderung mewah. Salah satunya adalah Haji Muzakir Manaf.
Terkait dengan bisnis Muzakir Manaf, hal ini bertolak belakang dengan pernyataannya sendiri yang meminta investor menanamkan modal di Aceh untuk menggeliatkan pertumbuhan ekonomi, serta menambah lapangan kerja bagi masyarakat Aceh. Sedangkan Muzakir Manaf sendiri malah memilih berinvestasi di Sumatera Utara –luar Aceh.
Sidney Jones, seorang pakar dan peneliti terorisme di Asia Tenggara, bahkan menyebut Muzakir Manaf bersama kelompoknya, menguasai sumber daya ekonomi di Aceh, terkait proyek-proyek pemerintah daerah melalui PT. Pulo Gadeng. Informasi itu dihimpun dalam laporan yang dirilis Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), yang dipimpin Sidney Jones, dengan judul: “Political Power Struggles in Aceh”.
Tak heran, jika banyak proyek-proyek yang biayanya bersumber dari pemerintah daerah yang eksekutif maupun legislatifnya dikuasai Partai Aceh, memenangkan atau menunjuk langsung orang-orang yang “dekat” dengan Muzakir Manaf. Rupiah pun mengalir “deras” tanpa jaminan akan bagusnya kualitas proyek yang dilaksanakan. Malah banyak yang terlantar dan rusak setelah pemakaian kurang dari setahun. Sumber daya ekonomi pun tak lagi berpihak pada kepentingan masyarakat.
Muzakir Manaf memberikan keterangan pers setelah melakukan pencoblosan bersama istrinya, Marlina Usman, di TPS 2, Desa Mane Kawan, Seunuddon, Aceh Utara, pada tahun 2014.
Muzakir Manaf memberikan keterangan pers setelah melakukan pencoblosan bersama istrinya, Marlina Usman, di TPS 2, Desa Mane Kawan, Seunuddon, Aceh Utara, pada tahun 2014.
Sangat kontras dengan kehidupan rakyat Aceh yang masih terjebak dalam kemiskinan. Di mana persentase menunjukkan bahwa kemiskinan di Aceh merupakan salah satu yang tertinggi di Pulau Sumatera. Data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh tahun 2014: kemiskinan 18,05 persen. Atau meningkat daripada tahun sebelumnya.
Maka dapat dipahami dari mana sumber keuangan Muzakir Manaf yang notabene non-pengusaha mampu menambah jumlah perempuan dalam “lingkaran”-nya, sekaligus membiayai kehidupan mereka beserta anak-anaknya.
Selaku orang yang berperan penting dalam GAM, nama Muzakir Manaf sering dielu-elukan saat konflik Aceh (1976 – 2005) berkecamuk. Mulai dari yang biasa, hingga yang konyol sekalipun.
Ia disebut-sebut mampu mengendarai pesawat tempur, menguasai banyak bahasa asing, sampai-sampai “kebal” terhadap peluru senjata api. Namun anehnya, Bahasa Indonesia pun ia masih gagap-gagap dan terkadang salah ucap. Apalagi bahasa dari luar negeri.
Ketika awal-awal perdamaian Aceh, Muzakir Manaf mulai sering muncul di hadapan publik. Tak ada yang luar biasa dari sosok yang satu ini. Kehidupannya pun dapat dikatakan sederhana. Desas-desus kehidupan pribadi Muzakir Manaf –seperti saat ini– masih jarang terdengar. Percakapan tentang “perempuan-perempuan” Mualem nyaris tak ada. Dan ini berbeda jauh dengan kondisi sekarang.
Kehidupan Muzakir Manaf banyak berubah setelah terbentuknya Partai Aceh tahun 2007. Partai Aceh menjelma bagaikan “mesin pencetak uang” baginya.
Muzakir Manaf bersama Salmawati terlihat kompak menunjukkan tanda tinta usai pencoblosan di TPS 29 Panton Labu, tahun 2012.
Muzakir Manaf bersama Salmawati terlihat kompak menunjukkan tanda tinta usai pencoblosan di TPS 29 Panton Labu, tahun 2012.
Di pemilukada tahun 2012, yang mana ia ikut mencalonkan diri menjadi pasangan Zaini Abdullah yang diusung Partai Aceh, Muzakir Manaf muncul di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 29 kompleks terminal Panton Labu, Aceh Utara, bersama istrinya, yang kemudian diketahui bernama Salmawati.
Muzakir Manaf mengenakan pakaian gelap; sedangkan Salmawati berbusana dengan warna variatif, yang didominasi kebiru-biruan dan berjilbab hitam. Keduanya seakan kompak menunjukkan jari kelingking masing-masing yang telah dilumuri tinta usai pencoblosan kertas suara.
Wajah sumringah istri Muzakir Manaf, Salmawati, yang dipotret dari dekat usai pencoblosan di TPS 29 Panton Labu.
Wajah sumringah istri Muzakir Manaf, Salmawati, yang dipotret dari dekat usai pencoblosan di TPS 29 Panton Labu.
Tak ada yang istimewa. Sudah menjadi pemandangan umum bilamana ada pasangan suami-istri bersama-sama yang menuju dan memilih di suatu TPS. Begitu pun dengan Muzakir Manaf-Salmawati.
Perbedaan langsung terlihat mencolok setelah pasangan Zaini Abdullah-Muzakir Manaf dinobatkan sebagai pemenang pemilukada gubernur dan wakil gubernur tahun 2012, yang akan memimpin dalam periode 2012-2017.
Sosok perempuan yang mendampingi Muzakir Manaf telah berubah. Bukan lagi Salmawati, melainkan Marlina Usman. Perempuan yang akrab disapa Kak Na ini, menjadi “first lady” resmi Muzakir Manaf, berkenaan aktivitasnya selaku pejabat. Istri yang tampil adalah Marlina Usman. Di sisi lain, Salmawati tak lagi kelihatan sebagaimana ketika bersama dengan Muzakir Manaf mencoblos di TPS 29 Panton Labu. Nama Salmawati bagai “lenyap ditelan bumi”.
Mualem dan Marlina Usman saat melakukan pencoblosan kertas suara dalam pemilu legislatif 2014 di TPS 2, Desa Mane Kawan, Seunuddon, Aceh Utara.
Mualem dan Marlina Usman saat melakukan pencoblosan kertas suara dalam pemilu legislatif 2014 di TPS 2, Desa Mane Kawan, Seunuddon, Aceh Utara.
Tentu saja, Marlina Usman makin percaya diri mendampingi Muzakir Manaf. Aktivitas yang berkaitan dengan Muzakir Manaf sebagai wakil gubernur Aceh, sudah tentu mengikutsertakan Marlina Usman sebagai istri. Dan, di tiap-tiap spanduk atau papan iklan yang memajang Muzakir Manaf bersama istrinya, maka, wajah Marlina Usman lah yang terpampang.
Jika pemilukada tahun 2012 Muzakir Manaf mencoblos bersama Salmawati, maka pada pemilihan legislatif 2014, ia melakukannya dengan Marlina Usman. Itu dilakukan di kawasan yang sama: Aceh Utara. Namun kali ini Muzakir Manaf bersama Marlina Usman, mencoblos di tempat kelahirannya: Desa Mane Kawan, Kecamatan Seunuddon, Kabupaten Aceh Utara. Tepatnya di TPS nomor 2.
Desas-desus yang berkembang dalam percakapan publik terkait jumlah istri Muzakir Manaf, bukan lagi isapan jempol belaka. Satu per satu wajah perempuan yang “berbeda-beda” di lingkup kehidupan pribadi Muzakir Manaf mulai bermunculan. Isu yang berembus ternyata sesuai dengan fakta yang terlihat.
Publik di Aceh semakin yakin bahwa Muzakir Manaf memang “menyimpan” sejumlah perempuan.
Sosok perempuan lain yang terang-terangan mengaku sebagai istri Muzakir Manaf adalah Kiki. Perempuan yang satu ini akrab disapa Kiki Mualem. Nama lengkapnya masih misteri.
Dalam sebuah acara sunatan anak dari temannya, yang dihadiri oleh Kiki, ia mengaku sedang hamil 6 bulan. Dan Kiki mengharapkan doa restu agar kehamilan hingga kelahiran anaknya dari buah cinta bersama Muzakir Manaf, berjalan lancar.
Kabar ini tentu saja menyentakkan. Tabir lain tersingkap. Setelah Salmawati dan Marlina Usman, kini muncul perempuan yang disapa Kiki Mualem. Sudah tiga perempuan yang bermunculan. Dan itu belum termasuk perempuan dari Pulau Jawa, yang kabarnya, di sana Muzakir Manaf juga “menyimpan” pasangan hidupnya.
Misteri perempuan yang “melingkari” Muzakir Manaf makin terkuak satu demi satu.
Poligami memang bukan hal yang asing. Hal ini telah menjadi gejala umum yang menghinggapi orang-orang yang berbakat sebagai kolektor perempuan –khususnya di era sekarang. Orang Aceh sering menyebutnya agam landôk (lelaki bandot). Di bidang ini, mereka biasanya beralasan sebagai “sunnah nabi”.
Tapi sering enggan mengikuti sunnah nabi yang lebih bermanfaat: menafkahi dan memelihara anak yatim. Fenomena poligami tak hanya terjadi dalam komunitas umat Islam. Di kalangan umat agama-agama lainnya juga banyak.
Pakaian dan jabatan Wakil Gubernur Aceh, tampaknya membosankan bagi Muzakir Manaf. Ia kelihatan tak lagi nyaman dan ingin segera menjadi Gubernur Aceh.
Pakaian dan jabatan Wakil Gubernur Aceh, tampaknya membosankan bagi Muzakir Manaf. Ia kelihatan tak lagi nyaman dan ingin segera menjadi Gubernur Aceh.
Di Indonesia bahkan pernah ada ajang perlombaan dalam menyalurkan “bakat” dan “hobi” poligami.
Ajang kontestasi itu dinamakan Poligami Award. Setiap kontestan atau peserta akan dinilai kemampuannya dalam ber-poligami. Dan bagi pemenang, maka akan mendapatkan piala Poligami Award.
Muzakir Manaf sepertinya cocok untuk berpartisipasi dalam kontes Poligami Award tersebut. Sekurang-kurangnya, talenta poligaminya akan makin berkilau. Siapa tahu, ia berkesempatan menjadi “juara” Poligami Award; seperti Puspo Wardoyo, yang juga pemilik Restoran Ayam Bakar Wong Solo.
Dibutuhkan kemampuan “super” bagi seseorang yang suka poligami. Kalau tidak bisa mengelolanya dengan “seimbang”, maka, kekacauan pun tak terhindarkan. Muzakir Manaf tampaknya “mahir” di bidang ini (poligami).
Muzakir Manaf sedang menyalami para atlet, yang semuanya merupakan gadis. Mungkin ada di antara mereka yang menarik perhatiannya.
Muzakir Manaf sepertinya sangat “taat” mengamalkan anjuran yang disampaikan Ahmad Dhani melalui lagu yang dahulu pernah dinyanyikan oleh musisi sekaligus aktor Malaysia keturunan Aceh (P. Ramlee): “Madu Tiga”. Dalam salah satu liriknya berbunyi: “kepada istri tua…, kanda sayang padamu. Kepada…istri muda…, I say I love you.”
Dengan demikian, perempuan-perempuan yang melingkari Muzakir Manaf tetap rukun, akur, harmonis, dan damai sentosa. Jika terpilih sebagai Gubernur Aceh dalam pemilukada tahun 2017 nanti, maka ia tak perlu lagi sibuk-sibuk “mengharmoniskan” istri-istrinya. Dan alangkah lebih bijak, bila istri-istrinya “bergantian” mendampingi Muzakir Manaf selaku Gubernur Aceh –jika terpilih.
Perhatian Muzakir Manaf terhadap istri-istrinya, perlu dipusatkan lebih intens. Tentang bagaimana ia dapat membiayai segala kebutuhan hidup mereka beserta anak-anaknya. Sumber keuangan tampaknya bukan perkara sulit bagi Muzakir Manaf. Dan, selama ini ia telah terbukti “tangguh” membiayai hal tersebut. Walaupun Muzakir Manaf bukanlah seorang yang berprofesi sebagai pengusaha yang berpengalaman. Tapi muncul “dadakan”.
Dikutip : baranom.wordpress.com
Namun demikian, hasrat Mualem (sapaan Muzakir Manaf) untuk menjadi orang nomor satu menggantikan Zaini Abdullah sangatlah menggebu-gebu. Ia bahkan telah jauh-jauh hari ambil start –dua tahun jelang pemilukada– mengumumkan bahwa akan mencalonkan diri melalui Partai Aceh sebagai gubernur, pada pemilihan kepala daerah tahun 2017 nanti.
Selintas, terlihat bahwa Mualem tak lagi sabar hendak “merebut” kursi Gubernur Aceh, yang terkesan sangat menggiurkan baginya. Padahal banyak janji-janji Mualem bersama Doto Zaini belum terealisasi sebagaimana yang pernah ia janjikan. Salah satu janji yang paling bombastis dan sensasional adalah pemberian cuma-cuma uang senilai 1 juta / bulan / KK.
Di balik keinginan Muzakir Manaf yang bertujuan menjadi Gubernur Aceh untuk periode berikutnya (2017-2019), ada sisi profil yang cenderung ditutup-tutupi dari publik. Semestinya, rakyat Aceh mengetahui sepintas profil kehidupan pribadi calon orang nomor satu di Tanah Rencong.
Dengan adanya keterbukaan demikian, masyarakat pun tak lagi ragu dalam menilai kapabilitas seseorang yang akan memimpin. Sisi yang dimaksud dan telah menjadi desas-desus yang ramai diperbincangkan publik di Aceh adalah jumlah istri Muzakir Manaf.
Sebagai calon Gubernur Aceh yang nantinya akan menggunakan fasilitas negara dan digaji dari uang rakyat yang bersumber dari pajak, ketertutupan Mualem seharusnya tak boleh terjadi. Apalagi di era demokrasi seperti saat ini yang menghendaki keterbukaan seorang kandidat yang nantinya menjadi pemimpin khalayak ramai setingkat provinsi.
Sebab itulah, perempuan-perempuan yang menjadi pendamping hidup Muzakir Manaf seyogianya diketahui oleh masyarakat. Karena ini menyangkut anggaran rakyat yang nantinya digunakan untuk menopang hidup dan menjadi sumber utama dalam menjalankan tugasnya; bila nanti terpilih sebagai Gubernur Aceh periode 2017-2019.
Muzakir Manaf dan Salmawati sedang berjalan menuju ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) 29 di kompleks terminal Panton Labu, pada pemilukada tahun 2012.
Muzakir Manaf dan Salmawati sedang berjalan menuju ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) 29 di kompleks terminal Panton Labu, pada pemilukada tahun 2012.
Di antara sederet perempuan yang menjadi istri Muzakir Manaf, ada beberapa nama yang beredar dan muncul ke publik, yaitu: Marlina Usman (istri yang tampil secara “resmi” mendampingi Mualem selama ia menjadi Wakil Gubernur Aceh), Salmawati (pernah tampil saat pemilukada tahun 2012), dan Kiki (perempuan yang sering disapa Kiki Mualem dan berprofesi sebagai PNS di Banda Aceh).
Tidak hanya itu. Ada beberapa nama lainnya selain tiga orang perempuan tadi, yang menjadi istri Muzakir Manaf. Dan berdomisili di luar Aceh.
Perlu diketahui bahwa Muzakir Manaf memiliki beberapa bisnis di luar Aceh, yang jadi “vitamin” pendukung dalam meraih ambisinya di Aceh. Termasuk menyalurkan “hobi”-nya mengoleksi perempuan untuk dijadikan sebagai istri. Di antaranya adalah bisnis perhotelan dan transportasi. Bisnis hotel berlokasi di Medan; sedangkan bisnis transportasi menjangkau hingga ke Pulau Jawa. Dalam hal transportasi, ada beberapa bus Sempati Star yang dimiliki Mualem dalam bisnis yang dikelola Sepakat Group tersebut. Khususnya yang berwarna hitam.
Entah dari mana duit itu didapat. Mengingat banyak mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang dahulu dipimpin Muzakir Manaf justru hidup dalam keadaan serba kekurangan. Belum lagi rakyat Aceh yang ikut terkena imbas konflik yang dimulai oleh GAM sejak tahun 1970-an.
Uang triliunan rupiah yang disalurkan pemerintah pusat di Jakarta untuk dijadikan modal usaha eks GAM dalam menata kehidupan baru, justru banyak hilang “tak berjejak”. Berbeda jauh dengan kehidupan elit GAM yang hidup serba cukup dan cenderung mewah. Salah satunya adalah Haji Muzakir Manaf.
Terkait dengan bisnis Muzakir Manaf, hal ini bertolak belakang dengan pernyataannya sendiri yang meminta investor menanamkan modal di Aceh untuk menggeliatkan pertumbuhan ekonomi, serta menambah lapangan kerja bagi masyarakat Aceh. Sedangkan Muzakir Manaf sendiri malah memilih berinvestasi di Sumatera Utara –luar Aceh.
Sidney Jones, seorang pakar dan peneliti terorisme di Asia Tenggara, bahkan menyebut Muzakir Manaf bersama kelompoknya, menguasai sumber daya ekonomi di Aceh, terkait proyek-proyek pemerintah daerah melalui PT. Pulo Gadeng. Informasi itu dihimpun dalam laporan yang dirilis Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), yang dipimpin Sidney Jones, dengan judul: “Political Power Struggles in Aceh”.
Tak heran, jika banyak proyek-proyek yang biayanya bersumber dari pemerintah daerah yang eksekutif maupun legislatifnya dikuasai Partai Aceh, memenangkan atau menunjuk langsung orang-orang yang “dekat” dengan Muzakir Manaf. Rupiah pun mengalir “deras” tanpa jaminan akan bagusnya kualitas proyek yang dilaksanakan. Malah banyak yang terlantar dan rusak setelah pemakaian kurang dari setahun. Sumber daya ekonomi pun tak lagi berpihak pada kepentingan masyarakat.
Muzakir Manaf memberikan keterangan pers setelah melakukan pencoblosan bersama istrinya, Marlina Usman, di TPS 2, Desa Mane Kawan, Seunuddon, Aceh Utara, pada tahun 2014.
Muzakir Manaf memberikan keterangan pers setelah melakukan pencoblosan bersama istrinya, Marlina Usman, di TPS 2, Desa Mane Kawan, Seunuddon, Aceh Utara, pada tahun 2014.
Sangat kontras dengan kehidupan rakyat Aceh yang masih terjebak dalam kemiskinan. Di mana persentase menunjukkan bahwa kemiskinan di Aceh merupakan salah satu yang tertinggi di Pulau Sumatera. Data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh tahun 2014: kemiskinan 18,05 persen. Atau meningkat daripada tahun sebelumnya.
Maka dapat dipahami dari mana sumber keuangan Muzakir Manaf yang notabene non-pengusaha mampu menambah jumlah perempuan dalam “lingkaran”-nya, sekaligus membiayai kehidupan mereka beserta anak-anaknya.
Selaku orang yang berperan penting dalam GAM, nama Muzakir Manaf sering dielu-elukan saat konflik Aceh (1976 – 2005) berkecamuk. Mulai dari yang biasa, hingga yang konyol sekalipun.
Ia disebut-sebut mampu mengendarai pesawat tempur, menguasai banyak bahasa asing, sampai-sampai “kebal” terhadap peluru senjata api. Namun anehnya, Bahasa Indonesia pun ia masih gagap-gagap dan terkadang salah ucap. Apalagi bahasa dari luar negeri.
Ketika awal-awal perdamaian Aceh, Muzakir Manaf mulai sering muncul di hadapan publik. Tak ada yang luar biasa dari sosok yang satu ini. Kehidupannya pun dapat dikatakan sederhana. Desas-desus kehidupan pribadi Muzakir Manaf –seperti saat ini– masih jarang terdengar. Percakapan tentang “perempuan-perempuan” Mualem nyaris tak ada. Dan ini berbeda jauh dengan kondisi sekarang.
Kehidupan Muzakir Manaf banyak berubah setelah terbentuknya Partai Aceh tahun 2007. Partai Aceh menjelma bagaikan “mesin pencetak uang” baginya.
Muzakir Manaf bersama Salmawati terlihat kompak menunjukkan tanda tinta usai pencoblosan di TPS 29 Panton Labu, tahun 2012.
Muzakir Manaf bersama Salmawati terlihat kompak menunjukkan tanda tinta usai pencoblosan di TPS 29 Panton Labu, tahun 2012.
Di pemilukada tahun 2012, yang mana ia ikut mencalonkan diri menjadi pasangan Zaini Abdullah yang diusung Partai Aceh, Muzakir Manaf muncul di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 29 kompleks terminal Panton Labu, Aceh Utara, bersama istrinya, yang kemudian diketahui bernama Salmawati.
Muzakir Manaf mengenakan pakaian gelap; sedangkan Salmawati berbusana dengan warna variatif, yang didominasi kebiru-biruan dan berjilbab hitam. Keduanya seakan kompak menunjukkan jari kelingking masing-masing yang telah dilumuri tinta usai pencoblosan kertas suara.
Wajah sumringah istri Muzakir Manaf, Salmawati, yang dipotret dari dekat usai pencoblosan di TPS 29 Panton Labu.
Wajah sumringah istri Muzakir Manaf, Salmawati, yang dipotret dari dekat usai pencoblosan di TPS 29 Panton Labu.
Tak ada yang istimewa. Sudah menjadi pemandangan umum bilamana ada pasangan suami-istri bersama-sama yang menuju dan memilih di suatu TPS. Begitu pun dengan Muzakir Manaf-Salmawati.
Perbedaan langsung terlihat mencolok setelah pasangan Zaini Abdullah-Muzakir Manaf dinobatkan sebagai pemenang pemilukada gubernur dan wakil gubernur tahun 2012, yang akan memimpin dalam periode 2012-2017.
Sosok perempuan yang mendampingi Muzakir Manaf telah berubah. Bukan lagi Salmawati, melainkan Marlina Usman. Perempuan yang akrab disapa Kak Na ini, menjadi “first lady” resmi Muzakir Manaf, berkenaan aktivitasnya selaku pejabat. Istri yang tampil adalah Marlina Usman. Di sisi lain, Salmawati tak lagi kelihatan sebagaimana ketika bersama dengan Muzakir Manaf mencoblos di TPS 29 Panton Labu. Nama Salmawati bagai “lenyap ditelan bumi”.
Mualem dan Marlina Usman saat melakukan pencoblosan kertas suara dalam pemilu legislatif 2014 di TPS 2, Desa Mane Kawan, Seunuddon, Aceh Utara.
Mualem dan Marlina Usman saat melakukan pencoblosan kertas suara dalam pemilu legislatif 2014 di TPS 2, Desa Mane Kawan, Seunuddon, Aceh Utara.
Tentu saja, Marlina Usman makin percaya diri mendampingi Muzakir Manaf. Aktivitas yang berkaitan dengan Muzakir Manaf sebagai wakil gubernur Aceh, sudah tentu mengikutsertakan Marlina Usman sebagai istri. Dan, di tiap-tiap spanduk atau papan iklan yang memajang Muzakir Manaf bersama istrinya, maka, wajah Marlina Usman lah yang terpampang.
Jika pemilukada tahun 2012 Muzakir Manaf mencoblos bersama Salmawati, maka pada pemilihan legislatif 2014, ia melakukannya dengan Marlina Usman. Itu dilakukan di kawasan yang sama: Aceh Utara. Namun kali ini Muzakir Manaf bersama Marlina Usman, mencoblos di tempat kelahirannya: Desa Mane Kawan, Kecamatan Seunuddon, Kabupaten Aceh Utara. Tepatnya di TPS nomor 2.
Desas-desus yang berkembang dalam percakapan publik terkait jumlah istri Muzakir Manaf, bukan lagi isapan jempol belaka. Satu per satu wajah perempuan yang “berbeda-beda” di lingkup kehidupan pribadi Muzakir Manaf mulai bermunculan. Isu yang berembus ternyata sesuai dengan fakta yang terlihat.
Publik di Aceh semakin yakin bahwa Muzakir Manaf memang “menyimpan” sejumlah perempuan.
Sosok perempuan lain yang terang-terangan mengaku sebagai istri Muzakir Manaf adalah Kiki. Perempuan yang satu ini akrab disapa Kiki Mualem. Nama lengkapnya masih misteri.
Dalam sebuah acara sunatan anak dari temannya, yang dihadiri oleh Kiki, ia mengaku sedang hamil 6 bulan. Dan Kiki mengharapkan doa restu agar kehamilan hingga kelahiran anaknya dari buah cinta bersama Muzakir Manaf, berjalan lancar.
Kabar ini tentu saja menyentakkan. Tabir lain tersingkap. Setelah Salmawati dan Marlina Usman, kini muncul perempuan yang disapa Kiki Mualem. Sudah tiga perempuan yang bermunculan. Dan itu belum termasuk perempuan dari Pulau Jawa, yang kabarnya, di sana Muzakir Manaf juga “menyimpan” pasangan hidupnya.
Misteri perempuan yang “melingkari” Muzakir Manaf makin terkuak satu demi satu.
Poligami memang bukan hal yang asing. Hal ini telah menjadi gejala umum yang menghinggapi orang-orang yang berbakat sebagai kolektor perempuan –khususnya di era sekarang. Orang Aceh sering menyebutnya agam landôk (lelaki bandot). Di bidang ini, mereka biasanya beralasan sebagai “sunnah nabi”.
Tapi sering enggan mengikuti sunnah nabi yang lebih bermanfaat: menafkahi dan memelihara anak yatim. Fenomena poligami tak hanya terjadi dalam komunitas umat Islam. Di kalangan umat agama-agama lainnya juga banyak.
Pakaian dan jabatan Wakil Gubernur Aceh, tampaknya membosankan bagi Muzakir Manaf. Ia kelihatan tak lagi nyaman dan ingin segera menjadi Gubernur Aceh.
Pakaian dan jabatan Wakil Gubernur Aceh, tampaknya membosankan bagi Muzakir Manaf. Ia kelihatan tak lagi nyaman dan ingin segera menjadi Gubernur Aceh.
Di Indonesia bahkan pernah ada ajang perlombaan dalam menyalurkan “bakat” dan “hobi” poligami.
Ajang kontestasi itu dinamakan Poligami Award. Setiap kontestan atau peserta akan dinilai kemampuannya dalam ber-poligami. Dan bagi pemenang, maka akan mendapatkan piala Poligami Award.
Muzakir Manaf sepertinya cocok untuk berpartisipasi dalam kontes Poligami Award tersebut. Sekurang-kurangnya, talenta poligaminya akan makin berkilau. Siapa tahu, ia berkesempatan menjadi “juara” Poligami Award; seperti Puspo Wardoyo, yang juga pemilik Restoran Ayam Bakar Wong Solo.
Dibutuhkan kemampuan “super” bagi seseorang yang suka poligami. Kalau tidak bisa mengelolanya dengan “seimbang”, maka, kekacauan pun tak terhindarkan. Muzakir Manaf tampaknya “mahir” di bidang ini (poligami).
Muzakir Manaf sedang menyalami para atlet, yang semuanya merupakan gadis. Mungkin ada di antara mereka yang menarik perhatiannya.
Muzakir Manaf sepertinya sangat “taat” mengamalkan anjuran yang disampaikan Ahmad Dhani melalui lagu yang dahulu pernah dinyanyikan oleh musisi sekaligus aktor Malaysia keturunan Aceh (P. Ramlee): “Madu Tiga”. Dalam salah satu liriknya berbunyi: “kepada istri tua…, kanda sayang padamu. Kepada…istri muda…, I say I love you.”
Dengan demikian, perempuan-perempuan yang melingkari Muzakir Manaf tetap rukun, akur, harmonis, dan damai sentosa. Jika terpilih sebagai Gubernur Aceh dalam pemilukada tahun 2017 nanti, maka ia tak perlu lagi sibuk-sibuk “mengharmoniskan” istri-istrinya. Dan alangkah lebih bijak, bila istri-istrinya “bergantian” mendampingi Muzakir Manaf selaku Gubernur Aceh –jika terpilih.
Perhatian Muzakir Manaf terhadap istri-istrinya, perlu dipusatkan lebih intens. Tentang bagaimana ia dapat membiayai segala kebutuhan hidup mereka beserta anak-anaknya. Sumber keuangan tampaknya bukan perkara sulit bagi Muzakir Manaf. Dan, selama ini ia telah terbukti “tangguh” membiayai hal tersebut. Walaupun Muzakir Manaf bukanlah seorang yang berprofesi sebagai pengusaha yang berpengalaman. Tapi muncul “dadakan”.
Dikutip : baranom.wordpress.com
loading...
Post a Comment