AMP - Pengamat politik Aryos Nivada mengatakan upaya memberatkan calon independen dalam Pemilihan Kepala Daerah Aceh 2017 adalah sikap pengecut dan paranoid partai politik di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh. Harusnya, partai politik membuka kran demokrasi sebesar-besarnya dan menjadikan pilkada sebagai ajang untuk bersaing secara sehat.
“Draf pilkada itu sangat tidak mencerminkan sikap yang fair,” kata Aryos dalam siaran persnya, Rabu (13/4). “Ini menjadi kemunduran dalam berdemokrasi di Aceh.”
Menurut Aryos, para pengurus partai politik mulai menyadari bahwa kepercayaan masyarakat kepadan mereka saat ini mulai luntur. Rakyat mulai berpaling ke calon-calon independen yang dinilai memiliki alternatif.
“Menyadari hal ini, seharusnya partai politik berbenah secara internal dan menunjukkan perubahan, sesuai harapan masyarakat. Mereka harus melakukan banyak cara untuk mengembalikan kepercayaan publik,” kata Aryos.
Alih-alih berubah, partai politik malah menunjukkan fobia dengan memperberat syarat bagi jalur perorangan. Tindakan itu semakin menunjukkan partai politik tidak berwibawa. Harusnya, kata dia, demokrasi semakin sederhana dan murah.
“Mereka (partai politik) sadar melakukan itu karena mereka pihak yang terjebak pada logika mempertahankan eksistensi, bukan membuka ruang berdemokrasi yang lebih luas,” kata Aryos. (AJNN)
“Draf pilkada itu sangat tidak mencerminkan sikap yang fair,” kata Aryos dalam siaran persnya, Rabu (13/4). “Ini menjadi kemunduran dalam berdemokrasi di Aceh.”
Menurut Aryos, para pengurus partai politik mulai menyadari bahwa kepercayaan masyarakat kepadan mereka saat ini mulai luntur. Rakyat mulai berpaling ke calon-calon independen yang dinilai memiliki alternatif.
“Menyadari hal ini, seharusnya partai politik berbenah secara internal dan menunjukkan perubahan, sesuai harapan masyarakat. Mereka harus melakukan banyak cara untuk mengembalikan kepercayaan publik,” kata Aryos.
Alih-alih berubah, partai politik malah menunjukkan fobia dengan memperberat syarat bagi jalur perorangan. Tindakan itu semakin menunjukkan partai politik tidak berwibawa. Harusnya, kata dia, demokrasi semakin sederhana dan murah.
“Mereka (partai politik) sadar melakukan itu karena mereka pihak yang terjebak pada logika mempertahankan eksistensi, bukan membuka ruang berdemokrasi yang lebih luas,” kata Aryos. (AJNN)
loading...
Post a Comment