Halloween Costume ideas 2015
loading...

Ketika Pejuang GAM Berkolaborasi Dengan Sistem Penjajahan Batavia

AMP - Ketidak adilan sebagai alasan Aceh melawan desentralisasi Jakarta, itu dulu, anak anak muda diajak angkat senjata, meracik bom, memikirkan strategi setelah diberikan pendidikan baris berbaris. Semua lini menjalankan fungsinya masing masing dengan tujuan melawan ketidak adilan pemerintah Indonesia.

Setelah penanda tangan MoU Helsinki antara pemerintah Indonesia dan GAM 15 Agustus 2005 serentak mengikutinya, berlahan-lahan GAM memberikan sebagian senjatanya untuk dimusnahkan sebagai lambang implementasi kesepakatan, begitu juga dengan Indonesia juga menarik pasukannya dari ladang perang.

Setelah MoU sebagaian kekuasaan terpaksa harus dilakukan peralihan pelan-pelan kepada eks kombatan pejuang GAM, mulai dari BRR, BRA, dan lainnya diisi oleh mereka yang mempunyai nilai tawar atau nilai mob besar. Makin hari eks kombatan pejuang GAM mengisi terus menerus struktur-struktur kekuasaan basah dan bernilai ekonomis yang mampu membuat gemuk kantongnya.

Begitu juga dalam instansi pemerintahan baik di Provinsi maupun Kabupaten atau Kota hingga ke Kecamatan, sementara pemerintah tingkat Kemukiman dan Gampong yang menjadi pemerintahan defakto GAM saat berperang melawan Indonesia justru dilupakan mengingat tidak terlalu basah dari segi keuangan.

Saat Pilkada tahun 2006 eks kombatan GAM melalui jalur politik Independen menjadi kereta untuk meraih tampuk kekuasaan dan mereka memiliki suara terbanyak. Sama halnya saat pemilihan wakil rakyat tahun 2009, mereka mayoritas menguasai parlemen. Namun meski sedikit perbedaan situasi politik pilkada tahun 2012, meski  terjadi aksi tembak menembak sebagai strategi meraih kekuasaan, ternyata mereka juga mampu meraih kursi gubernur, walaupun ada yang menilai mentri aceh merdeka turun kelas menjadi Gubernur bukan suatu persoalan demi kekuasaan yang tidak pernah kita rasakan dari orang tua kita sejak dilahirkan dunia ini.

Hingga kini entah kemana perjuangan, perjuangan melawan ketidak adilan sirna. Setelah pemindahan kekuasaan dari pemerintah Indonesia kepada pejuang GAM yang telah bertranformasi menjadi KPA dan mendirikan partai politik lokal, mereka resmi bergabung sebagai kaki tangan pemerintah Indonesia secara sah dan mendapat restu dari Jakarta hingga kesetiap lini yang mempunyai nilai ekonomi basah.

Alasan mereka menghentikan perjuangan bersenjata ke kotak suara untuk meraih kekuasaan sangat wajar dan bisa diterima, pasalnya mereka akan memperjuangkan implementasi MoU Helsinki untuk meraih selfgoverment yang menentukan nasib sendiri dalam bingkai NKRI dengan ending pemenuhan kesejahteraan rakyat.
Payah tamat keudroe teuh jinoe, nak tapeujeulah mandum kewenangan Aceh maka payah tapeuteunte laju qanun wali nanggroe “untung tidak dibilang, nak na pat duk Malek Mahmud” eunteuk wali nanggroe yang akan peujeulah mandum, begitu kira-kira kutipan kampanye eks kombatan GAM itu.

Tahun demi tahun Aceh dikuasai GAM patut diberikan nilai plus, jalan lebar lebar dibangun meski pemerintahnya tidak transparan dan mendapat hadiah timah panas atau bom bila mencoba membuka aibnya, maaf semoga ini hanya tudingan miring untuk awak GAM/KPA/PA.

Bila boleh lantang, coba lihat bagaimana kendisi pemerintahan setelah GAM berkuasa baik di provinsi kabupaten atau kota? Pengalaman LSM anti korupsi sangat sulit untuk mendapatkan buku anggaran agar mudah melakukan pengawasan, monitoris dan investigasi, apalagi masyarakat awam.

Pengalaman korban konflik yang ditipu oleh Badan Reintegrasi Aceh [BRA] yang hingga hari ini belum mendapatkan batuan yang telah dijanjikan, meski itu bukan suatu yang ada dalam perjanjian namun apa boleh buat dana telah dialokasikan dan GAM sendiri mau bermain permainan orang. Dan siapa yang mengisi struktur BRA apakah bukan GAM? Bagaimana mekanisme penjatahan rumah oleh mereka, contoh kasus BRA Aceh Utara yang hingga saat ini belum jelas ketuanya meski sudah mendapat rekom dari panglima wilayah.

Mekanisme pembebasan tanah kekuasaan ditangan GAM bagaimana? Tanah-tanah rakyat dirampas dengan nilai rendah karena setengah uangnya di kuras oleh panitia, pernahkan KPA turun mengadvokasinya kalau bukan malah mereka terlibat didalamnya pak KPA Syaridin dibelahan kota pisahan Aceh Utara? Ooo itu oknum, yah semua bilang kek gitu bila itu kesalahan.

Storan Dinas kabupaten atau kota bahkan provinsi yang direstui oleh GAM tiap tahunnya untuk sang Panglima itu berapa? Itu baru hal kecil belum bicara level nasional seperti servis Winata, Prabowo dan lain lain yang tidak terdeteksi dengan harapan suara pemilu 2014, perpanjangan HGU, atau usaha usaha lainnya?

KPA menggunakan MoU dan UUPA untuk menipu masyarakat, PP Migas belum jelas mekanisme bagi hasilnya, namun apa yang terjadi? Disini justru GAM yang memfasilitasi perusahaan Migas dan lagi-lagi KPA juga sebagai dalang pengrusakan hutan, mendirikan tambang untuk mengeksploitasi hasil alam Aceh tanpa memerhatikan lingkungan, dampak sosial dan masyarakatnya.

Pernahkah GAM memberontak untuk memperjelaskannya? Kecuali beberapa orang GAM kecil yang menggunakan fikiran dari kepalanya sendiri. Kenapa GAM hari ini justru berkolaborasi dengan pemerinta dan kembali memberlakukan desentralisasi bersama sama Jakarta?

Bermula saat ini perlu diketahui oleh elit GAM bahwa kondisi ekonomi masyarakat sangat terjepit dari segala bidang, dan itu juga dirasakan oleh anggota GAM kecil dikampung kampung. Benarkah demikian, lantas kenapa GAM tidak memperjuangkannya?

Apakah GAM menunggu seluruh isi MoU dan UUPA terimplementasi baru bisa berbuat?, lantas apa yang dilakukan DPRA membuat qanun RAPBA dan mengusulkan dana aspirasi, jalan-jalan?

Dulunya GAM oposisi abis namun kenapa hari ini justru kalian berwatak seperti menjadi boneka Jakarta? Kullukum raen, wakullukum raen, ini benar benar kerjaan MP GAM, seperti itukan pikiran anda ketika membaca kosa kata dalam kalimat tulisan ini? Karena selalu menyerang GAM/KPA/PA?

Memang hanya itu yang bisa kalian lihat dan tafsirkan lawan, karena kalian telah buta atas kebenaran dan keadilan, selalu fanatik kepada organisasi dan individual tanpa pertimbangan melainkan doktrin didepan bukan karena kebenaran seperti diperintahkan dalam Al Qur’an oleh Tuhan.
Benar salah coba perhatikan, apakah kaum pejuang yang melakukan semua, mulai dari hal kecil ada perbedaan pengurusan, selalu mulus bila dibawa oleh orang besar dikalangan GAM/KPA/PA?

Maaf bila mengkritisi, kami berani karena itu organisasi bukan organisasi tuhan, kami bicara bukan karena doktrin Sueharto, Surnarko, Soekarno atau Hasan Tiro, tapi atas nama kebenaran.  Menghalalkan yang haram, apalagi menghalalkan darah seseorang (haleu darah jih) itu hukumnya murtad, apalagi membinasakan dia.

Bukan pula mau menghakimi atas nama besar GAM, karena tidak semua kecuali tetua besar, yang kecil dikampung-kampung anggotanya berpemikiran awam dan lemah disegi pendidikan, sehingga termakan oleh dokrin murahan demi impian kesejahteraan masa depan, dan melakukan seluruh perintah atasan, walau GAM atom di Gampong tetap saja susah seperti rakyat dan lapar, putih hati mereka menjalankan perintah komando hitam demi mimpi yang dijanjikan tentang kesejahteraan dan keadilan masa depan.

Maaf bila kami tidak mengkritisi tuntutan pengadilan bagi orang yang mati akibat perang karena kami bukan aktivis HAM, melainkan manusia yang mengkritisi pemegang kekuasaan untuk menyelamatakan manyat-manyat yang masih bisa berjalan-jalan untuk mendapatkan keadilan perlakukan hukum dan kesejahteraan tanpa diskriminasi dan perbedaan karena tuhan tidak pernah membeda-bedakan orang kecuali tingkat ketaqwaan dan iman. (acehtraffic.com)
loading...
Labels:

Post a Comment

loading...

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget