Halloween Costume ideas 2015
loading...

Si Pencabut Nyawa Di SPBU Batuphat,Nodai Hukum Dan Lukai Hati Rakyat Aceh

Lhokseumawe - Sebuah pameo dari timur tengah berbunyi “ Man Yazra’ Yahshud artinya Siapa Yang Menanam,Dia Akan Memetik/Memanen”.

Nikmatnya sebuah perdamaian itu bila rakyat merasakan kenyamanan dan tak lagi mendengar suara dentuman bedil serdadu yang menimbulkan kematian yang sia-sia.

Kenyataan sebenarnya, bukan hanya karena faktor ekonomi saja, tapi salah satu faktor utama yang menjadi pemicu terjadi konflik bersenjata api di Aceh adalah aksi pembunuhan yang disengaja.

Sehingga menjadi dendam membara seperti diwarisi kepada pihak keluarga korban sebagaimana pelanggaran HAM yang terjadi pada masa Aceh berstatus DOM pada tahun 1990-1998.

Ketika itu, terlalu banyak kisah pilu yang bila dikenang kembali menorehkah kepefihan dan rasa dendam yang takkan pernah terbalaskan.

Apalagi, kala itu  aparat keamanan dan penegak hukum di Aceh menjadi alat pencabut nyawa manusia tanpa perlu melalui proses pengadilan.  sangat terasa menyakitkan hati rakyat sampai sekarang.

Akan tetapi, tanpa kita sadari benih konflik dari tragedi kematian itu seakan mulai terulang kembali pada kasus penangkapan dua anggota Din Minimi di Kabupaten Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe.

Namun yang paling terasa janggal adalah pada saat tim khusus polisi melakukan penangkapan terhadap Junaidi alias Beurijuk di SPBU Mawaddah Desa Batuphat Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe.

Sejumlah warga yang sedang beraktifitas di dekat SPBU setempat justru sempat menyaksikan langsung betapa hebatnya adegan pengepungan pada dua anggota Din Minimi.

Padahal warga yang sedang menyaksikan sebelumnya sangat memuji polisi persis Tim SEAL yakni pasukan khusus Angkatan Laut Amerika Serikat dan akan bertepuk tangan bila menangkap pelaku tidak bersenjata itu dalam keadaan hidup.

Namun ironisnya,  dalam posisi yang begitu mudah untuk menangkap, justru polisi ingin mengakhirinya dengan pembunuhan keji dan tak pernah terbayangkan oleh warga yang kebetulan sedang berada disana mengisi bahan bakar.

Beberapa warga melihat jelas dan tidak pernah membayangkan bila polisi tega membunuh Beurijuk dalam posisi terkepung dan tanpa perlawanan sedikitpun juga,dimana, Beurijuk sudah mengangkat kedua tangan sambil menyibakkan baju memperlihatkan dirinya tidak memiliki senjata apapun.

Namun walau demikian timah panas milik anggota polisi tetap bersarang dikakinya,dalam keadaan tertembak kaki,terdengar suara beurijuk berteriak minta ampun dan menyerah.

Teriakan Beurijuk ditanggapi dengan letusan senjata aparat polisi ditangan serta disusul peluru ketiga bersarang dileher beurijuk.

Ayah 2 anak ini tewas dalam keadaan masih nemakai helm,dalam posisi mengangkat tangan,dari leher,tangan serta kakinya mengalir darah membanjiri lantai depan toilet SPBU Batuphat.
Setelah dilarikan kerumah sakit,akhirnya pihak kepolisian menyerahkan beurijuk setelah menjadi mayat pada keluarga untuk dilakukan fardu kifayah.
Airmata dan teriakan histeris keluarga saat menerima jenazah beurijuk dikediamannya di desa alue papeun kecamatan nisam antara,aceh utara

Bahkan rasa trauma semakin mendalam, ketika membaca media massa ternyata pemberitaan tentang kematian Beurijuk justru lari dari kenyataan dan fakta , dia ditembak karena berupaya melarikan diri.

Saat Reporter melayat ke  ke rumah duka bertemu dengan Cut lilis surjani (27) isteri dari almarhum yang meninggalkan sepasang anak ,Keduanya masih kecil dan belum bisa duduk dibangku sekolah.

Mungkin keduanya anaknya pada pagi hari Kamis (27/8) menjadi hari terakhir buah hati mereka melihat wajah dan digendong oleh ayahnya,terhitung dihari yang sama juga mereka takkan pernah melihat wajah ataupun mendengar suara ayah mereka lagi.

“Sekarang tidak ada lagi yang mencari nafkah untuk saya dan anak-anak saya yang masih kecil,masih ada ayahnya saja kehidupan kami seperti ini,kemana saya harus mengadu kalau bukan pada Allah SWT” ujar cut lilis sambil meneteskan air mata mengingat bagaimana nasibnya kedepan dia dalam membesarkan anak-anaknya.

Kelak bila dewasa, kedua anak yatim ini pasti akan mencari tahu kebenaran tentang kematian ayahnya. Sebelum hal itu terjadi, maka  penegak hukum yang harus lebih cepat dan tepat mengusut kebenarannya agar tidak ada lagi konflik Tueng Bela (balas dendam-red) di Aceh seperti yang terjadi pada masa-masa sebelum perdamaian terjadi di Aceh.
 
loading...
Labels:

Post a Comment

loading...

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget