AMP - Pemerintahan Presiden Jokowi harus bersikap tegas memberikan batas waktu kepada Polri agar bisa segera menangkap tokoh teroris Santoso alias Abu Wardah di Poso, Sulawesi Tengah.
Sebab, upaya penangkapan Santoso sepertinya sudah tidak masuk akal lagi. Aparat keamanan sepertinya sudah dipermainkan Santoso, terutama dengan gambar-gambar yang diunggah Santoso Cs di media sosial di saat TNI-Polri kesulitan untuk menangkapnya.
Demikian disampaikan Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW), Neta S Pane dalam keterangannya kepada redaksi, Senin (4/4).
IPW menilai, perburuan Santoso sangat tidak masuk akal karena begitu banyaknya aparat yang terlibat dan begitu panjangnya waktu yang dibutuhkan, tapi Santoso tak kunjung tertangkap.
Saat ini kekuatan personel Satgas Operasi Tinombala untuk memburu Santoso sebanyak 3.000 orang, yakni terdiri dari TNI 1.800 personel dan Polri 1.200 personel. Semua personil yang terlibat sangat terlatih.
"Pasukan sudah terlibat dalam Operasi Tinombala sejak 9 Januari 2016 hingga sekarang. Tapi Santoso tak kunjung tertangkap. Padahal jumlah pasukan Santoso hanya 31 orang dengan senjata seadanya," kata Neta.
Jelas Neta, bagaimana pun fakta ini harus dipertanyakan dan dievaluasi agar kredibilitas TNI-Polri tidak diragukan. Apakah ke-3.000 personil TNI-Polri yang sangat terlatih itu berhasil dipecundangi Santoso Cs, atau kasus ini menunjukkan bahwa sesungguhnya aparatur keamanan Indonesia sangat tidak terlatih, sehingga gampang dipecundangi Santoso.
"Kasus Santoso sekaligus menunjukkan betapa lemahnya intelijen aparatur keamanan negeri ini sehingga 3.000 personilnya tidak berdaya menghadapi 31 pasukan Santoso, yang tiga di antaranya WNA," ungkapnya.
Namun, tambah Neta, patut dipertanyakan pula, apakah keberadaan Santoso sengaja dibiarkan untuk sebuah proyek latihan atau proyek keamanan? Tentunya, proyek untuk menangkap Santoso yang melibatkan banyak personil ini jumlah anggarannya tidak sedikit.
"Untuk itu Komisi III DPR perlu mempertanyakan, berapa besar anggaran dalam operasi penangkapan Santoso dan kenapa tak kunjung tertangkap. Terakhir, DPR dan pemerintahan Jokowi perlu memberi batas waktu, sampai kapan Polri bisa menangkap Santoso,sehingga Polri tidak terus menerus dipermalukan oleh foto-foto selfie para teroris tersebut yang muncul di media sosial," tukasnya. [rmol]
Sebab, upaya penangkapan Santoso sepertinya sudah tidak masuk akal lagi. Aparat keamanan sepertinya sudah dipermainkan Santoso, terutama dengan gambar-gambar yang diunggah Santoso Cs di media sosial di saat TNI-Polri kesulitan untuk menangkapnya.
Demikian disampaikan Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW), Neta S Pane dalam keterangannya kepada redaksi, Senin (4/4).
IPW menilai, perburuan Santoso sangat tidak masuk akal karena begitu banyaknya aparat yang terlibat dan begitu panjangnya waktu yang dibutuhkan, tapi Santoso tak kunjung tertangkap.
Saat ini kekuatan personel Satgas Operasi Tinombala untuk memburu Santoso sebanyak 3.000 orang, yakni terdiri dari TNI 1.800 personel dan Polri 1.200 personel. Semua personil yang terlibat sangat terlatih.
"Pasukan sudah terlibat dalam Operasi Tinombala sejak 9 Januari 2016 hingga sekarang. Tapi Santoso tak kunjung tertangkap. Padahal jumlah pasukan Santoso hanya 31 orang dengan senjata seadanya," kata Neta.
Jelas Neta, bagaimana pun fakta ini harus dipertanyakan dan dievaluasi agar kredibilitas TNI-Polri tidak diragukan. Apakah ke-3.000 personil TNI-Polri yang sangat terlatih itu berhasil dipecundangi Santoso Cs, atau kasus ini menunjukkan bahwa sesungguhnya aparatur keamanan Indonesia sangat tidak terlatih, sehingga gampang dipecundangi Santoso.
"Kasus Santoso sekaligus menunjukkan betapa lemahnya intelijen aparatur keamanan negeri ini sehingga 3.000 personilnya tidak berdaya menghadapi 31 pasukan Santoso, yang tiga di antaranya WNA," ungkapnya.
Namun, tambah Neta, patut dipertanyakan pula, apakah keberadaan Santoso sengaja dibiarkan untuk sebuah proyek latihan atau proyek keamanan? Tentunya, proyek untuk menangkap Santoso yang melibatkan banyak personil ini jumlah anggarannya tidak sedikit.
"Untuk itu Komisi III DPR perlu mempertanyakan, berapa besar anggaran dalam operasi penangkapan Santoso dan kenapa tak kunjung tertangkap. Terakhir, DPR dan pemerintahan Jokowi perlu memberi batas waktu, sampai kapan Polri bisa menangkap Santoso,sehingga Polri tidak terus menerus dipermalukan oleh foto-foto selfie para teroris tersebut yang muncul di media sosial," tukasnya. [rmol]
loading...
Post a Comment